Tahun ini ramai-ramai beberapa akun menyatakan cinta Pancasila, apakah memang sebegitu mengkhawatirkan akan hilangnya Pancasila dari sanubari anak bangsa Indonesia sehingga harus dinyatakan melalui kata-kata, apakah ini bentuk kekhawatiran akan munculnya faham lain selain Pancasila, saya kira hal ini berlebihan karena jika di simak, Sila 1-5 dari Pancasila selalu melekat dalam kehidupan anak bangsa sehari-hari, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengharuskan kita harus ber-Tuhan satu, bukan ber-Tuhan yg banyak, Allah SWT adalah Tuhan Umat Muslim. Sekedar renungan untuk kita tidak terlalu berlebihan.. mohon maaf jika pendapat ini salah.
Sebuah cukilan diatas yang dipublikasikan melalui akun fb saya pada kolom “Apa yang anda fikirkan sekarang?”, ternyata ada juga yang berbagi opini melalui diskusi kecil-kecilan pada akun fb tersebut.
Ada yang bilang “seperti pasar kaget, kagetnya rame-rame..”, trus.. ada yang menampilkan Pancasila dengan versi Islam, dan ada lagi yang menyebutkan “kalau difikir-fikir ada benarnya juga timeline rame-rame seperti itu, karena selama ini kemana timeline itu..?
Saya pun kembali melemparkan opini seperti ini, sepertinya orang-orang baru kaget tersadar bahwa Pancasila terancam tergusur oleh faham lain.. apalagi kalau yang mau gusurnya sejenis faham PKI, yang jelas-jelas ber-Tuhan lebih dari satu, atau ada lagi faham lainnya dan ada yang membalasnya seperti ini : Anwar Abbas, Ketua Muhammadiyah : Negara ini berdasarkan Pancasila, tapi kita dipaksa tidak Pancasilais, belajar ekonomi, ekonomi kapitalis; hukum, hukum belanda; politik, politik liberal; Sosiologi kita atheis komunis, agama sekuler, budaya hedonis. Saya jawab : Nah itu akibat beberapa puluh tahun lalu kita masih terbelakang dalam pemikiran dan sekarang apa pemikiran itu akan kita rombak, semisal Agama kita jangan lagi sekuler, ini mungkin faham baru tadi (Agama yang tidak sekuler) : Urusan di Dunia akan mencerminkan bagaimana Urusan Kita nanti di Akherat, itu kan yg benar.. Trus ada yang memberikan comment : realita politik bang,, semua adalah politik yang di mainkan menurut kegentingan situasi pada saat dikeluarkannya pernyataan yang seperti itu. Bisa jadi semacam pengalihan isu,,
Kemudian, ada yang berpendapat lain seperti ini : Maaf kanda, tidak salah pendapat kanda itu, tapi sepertinya generasi sekarang sudah mulai kurang memahami serta kurang pengamalannya terhadap nilai-nilai Pancasila selain yang kanda sebutkan tadi, sebagai contoh yang mudah saja, pada bulan Romadhon ini dimana marak orang membunyikan petasan, kalau menurut saya mereka tersebut sudah tidak mengamalkan sila kedua dan sila ketiga, padahal antara sila kesatu sampai sila kelima saling berkaitan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau saya perhatikan ada kemungkinan sistim pendidikan sekarang sudah disusupi pihak-pihak yang tidak menginginkan pancasila ada di Indonesia, buktinya kalau dulu kita baru masuk sekolah mesti ada penataran P4 , kalau sekarang tidak ada lagi.
Menarik, dari diskusi ringan via fb tersebut, saya merekam bahwa memang ada rasa kekhawatiran walau pun mungkin sedikit mengenai akan hilangnya Pancasila dari Bumi Pertiwi Indonesia ini. Jika hilangnya Pancasila dikarenakan masuknya faham Komunis, jelas ini sangat berbahaya bagi kelangsungan NKRI, Namun jika masuknya faham lain semisal faham Khilafah (Pemerintahan Kekhalifahan), maka batin saya sendiri berperang.. Berperang karena jika menurut Islam, Pemerintahan Ke-Khalifahan sangat bagus dan menjadi contoh dalam Sejarah Islam masa lalu, tapi ketika lebih masuk lagi ke sanubari saya, apakah sanggup dan mampu tubuh ini mengemban amanah berada di Bumi yang menjunjung sistem Ke-khalifahan. Mungkin karena tubuh ini lahir dan dibesarkan di Tanah Pertiwi yang begitu Ke-Indonesiaan, jawaban itu menjadi perang besar yang melebihi perang melawan hawa nafsu kita sendiri.
Pendapat ini sangat mungkin salah, karena ini hanyalah celotehan anak bangsa yang belum begitu faham akan sistem Ke-Khalifahan, walaupun dalam hati sebenarnya selalu menyebutkan bahwa Urusan Dunia mu adalah urusan yang akan mencerminkan bagaimanan urusan akherat mu kelak. Artinya Faham Sekuler yang membedakan urusan dunia adalah urusan dunia dan urusan akherat adalah bagaimanan nanti di akherat saja yang tidak ada hubungannya dengan urusan dunia mu sekarang, dengan kata lain Minyak adalah Minyak dan Air adalah Air, terpisah.. akan selalu ditentang oleh Batin ini bahwa itu SALAH..
Dan karena kekhawatiran akan masuknya faham inilah maka beberapa Pejabat Pemerintahan kita saat ini. disinyalir telah mengkriminalisasi beberapa Ulama, dengan berupaya secara tersembunyi untuk mencari kelemahan ulama agar mereka terjerat dengan kriminalisasi. Tapi ini pendapat pribadi saya yang jelas tidak mewakili umat manapun, ini hanyalah bentuk kegalauan hati saja melihat fenomena belakangan ini yang bagaikan Buah Simalakama. Mau keras berlandaskan ajaran Islam tapi ini Bumi Pertiwi Indonesia berazaskan Pancasila. Mau lembut tapi berbagai kemaksiatan sepertinya semakin menjamur, ketika wacana pendidikan “full day school” akan diterapkan maka terlihat akan semakin berkurangnya pendidikan keagamaan Islam akan diterapkan ke generasi penerus kita, karena ketika kecil dulu, ketika pagi kita ke sekolah dan ketika sore kita mengaji di Masjid maupun guru-guru ngaji yang lain.. fenomena ini akan hilang jika dipaksa sekolah sampai sore hari karena tidak sempat lagi mengaji, dan jika ini hilang pastilah Islam ikut hilang di Bumi Pertiwi ini.
Memang bagaikan Buah Simalakama. Tinggal lagi sekarang kita berfikir, bagi Pemimpin-Pemimpin yang beragama Islam bahwa mereka harus faham dan mahfum benar bahwa Urusan Dunia akan mencerminkan bagaimana urusan akherat mu nanti. Jadi semua kebijakan ataupun program yang akan diterapkan kepada Bangsa ini janganlah lupa dengan kata-kata itu, tidak bisa dipisahkan urusan dunia adalah urusan dunia plus dus kepada ulama juga jangan lupa dengan kata-kata itu, maaf ini bukan menggurui karena ilmu saya tentulah tidak sebanding untuk ini. Tulisan ini bukan untuk bertujuan mendiskreditkan Pemimpin-Pemimpin maupun Ulama-Ulama kita. Ini sekedar pemikiran dari salah seorang anak bangsa yang kebingungan sendiri menyikapi kondisi Bumi Pertiwi sekarang ini. Jika ada pendapat atau opini lain silahkan saja di tuliskan. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI