Mohon tunggu...
Ahmad Ripai
Ahmad Ripai Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka nge-Blog

saya adalah seorang guru yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Selalu Ada Cerita di Hari Raya (1)

16 April 2024   13:15 Diperbarui: 16 April 2024   13:17 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu Ada Cerita di Hari Raya (1)

Sidang Isbat yang dilaksanakan oleh kementrian agama pada tanggal 9 April 2024 memutuskan Umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 H pada tanggal 10 April 2024. Alhamdulillah pada tahun ini, Umat Islam Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri pada hari yang sama. Setelah keputusan sidang isbat, gema takbir berkumandang dimana mana. Termasuk di Sambi Doyong. Semua umat muslim mengagungkan asma Allah. Semua bergembira. Hari Raya telah tiba. Namun, sesungguhnya banyak umat islam yang bersedih, karena bulan Ramadhan telah pergi meninggalkan umat muslim. Semoga semua dosa terampuni dan semua meraih jiwa yang fitri. Semoga bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan yang akan datang.

10 April 2024, hari Rabu, jam 6.15, dengan memakai baju terbaik yang kami miliki, kami sekeluarga bergegas menuju masjid untuk menunaikan sholat Idul Fitri. Alhamdulillah rumah kami tidak jauh dari masjid. Cukup dengan berjalan kaki, 3 menit kami sudah sampai di masjid. Ternyata masjid sudah ramai. Alhasil, saya dan anak pertama yang laki laki mendapat tempat di bagian atas. Lantai masjid. Biasanya, kami selalu mendapat tempat di lantai bawah. Seperti jamaah sholat Idul fitri yang lain, kami pun mengumandangkan takbir.

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR

Usai sholat dan bersalaman dengan beberapa jamaah sholat Idul fitri, kami pulang ke rumah.

Di rumah, Saya dan istri saling bermaaf-maafan. Saya dan istri pun saling bermaaf-maafan dengan kedua anak kami. Alhamdulillah kami dikarunia 2 anak. Yang pertama laki-laki. Yang kedua perempuan. Mudah mudahan dua anak kami menjadi anak anak yang soleh dan sholehah. Usai bermaaf-maafan, kami menyantap hidangan yang sudah disiapkan. Hidangan favorite kami di Hari Raya adalah rendang. Dua anak kami sangat menyukai rendang. Rendang buatan bunda enak, itu kata kedua anak kami. Tapi memang rendang buatan istri saya itu enak.

Lebaran hari pertama, kebiasaan kami setelah makan, berkeliling untuk berlebaran ke rumah rumah tetangga. Dari satu rumah ke rumah berikutnya. Seru. Ramai. Kami semua bergembira. Saling berjabat tangan dan memaafkan. Kami semua tertawa dan saling menebar senyum. Bahagia. Silaturahmi adalah momen momen paling membahagiakan.Rumah pertama yang kami kunjungi adalah tetangga depan rumah. Kami memanggilnya pak Wahyu. Orangnya baik. Ternyata pak Wahyu ini adalah teman 1 kantor ayah mertua saya. Setiap kami berlebaran di rumah pak Wahyu, selalu ada cerita tentang hubungan pertemanan antara ayah mertua dan pak Wahyu. Kebetulan dua-duanya sudah pensiun. Rumah berikutnya yang kami kunjungi adalah rumah pak RW. Ya, kami selalu memanggilnya pak RW. Sebetulnya sudah tidak menjabat sebagai ketua RW lagi. Orangnya sangat baik. Pak RW lah yang membantu saya untuk menetap di daerah tersebut. Saat itu saya adalah warga pendatang di tempat tersebut. Rumah terakhir yang kami kunjungi adalah rumah yang ada di arah depan dari rumah saya. Rumahnya luas. Di rumah tersebut, kami disuguhi hidangan bakso. Enak!

Alhamdulillah silaturahmi ke tetangga dekat rumah selesai.

Agenda selanjutnya, berlebaran ke rumah orang tua. Alhamdulillah ibu saya masih sehat. Tapi tahun ini berbeda. Rute pertama yang kami (keluarga saya, keluarga kaka saya, dan keluarga adik adik saya) kunjungi adalah makam almarhum ayah. Tak perlu lama waktu yang kami butuhkan untuk sampai ke makam ayah kami. Dalam waktu 30 menit, kami sudah sampai makam ayah. Almarhum ayah dimakamkan di makam keluarga. Makam tersebut berada di tanah tempat almarhum ayah dilahirkan dan dibesarkan. Almarhum ayah meninggal karena sakit. Banyak kenangan yang tidak terlupakan bersama ayah. Almarhum ayah adalah seorang ayah yang sangat baik dan bertanggung jawab. Almarhum ayah itu orang yang jujur. Mudah-mudahan almarhum ayah ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin.

Selesai tahlil dan berdoa, kami langsung melanjutkan ke rumah ibu. Kami tidak bisa berlama lama di rumah abang sepupu yang tadi telah memimpin tahlil dan berdoa. Karena di rumah ibu kami sudah menunggu Oom kami (adik ibu kami) yang sedang berlibur dari tugasnya di Adis Ababa. Kami memanggilnya Oom Ecep. Ananknya empat. Banyak cerita yang kami dapat dan cerita itu menginspirasi.

Tunggu cerita selanjutnya ya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun