Mohon tunggu...
Arfino Irtondo
Arfino Irtondo Mohon Tunggu... Narator, Penulis, Aktor, Pengisi Suara, Penyiar, Terapis bekam/pijat refleksi -

Anti basa-basi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gong Xi Fa Cai Tanpa Angpao

31 Januari 2014   14:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, ada yang menarik bagi hati saya. Jam delapan, waktu di mana biasanya teman-teman yang menempati kamar kontakan sebelah, sudah pergi bekerja, mereka masih tergeletak dengan damainya di kamar mereka. Lalu saya segera ingat: "Oiya, ini kan tanggal merah ya?" Saya sebagai bukan pegawai negeri dan bukan pegawai kantoran, sering lupa ini hari apa dan sudah tanggal berapa.

Lalu ketika Jumatan siang ini, saya hampir tidak kebagian tempat solat. Sampai di halaman masjid, orang-orang ada yang menggelar karpet, untuk memperlebar tempat yang bisa digunakan untuk solat Jumat. Saya ingat lagi: " Oiya, ini hari libur. Jadi banyak orang yang biasanya solat Jumat di masjid di sekitar kantor atau pabrik mereka, hari ini bisa Jumatan di masjid tempat kami tinggal."

Kita warga Indonesia pantas menikmati keunikan tanggal merah dan hari libur yang disebabkan oleh tahun baru. Tiga tahun baru yang kita alami, yakni tahun baru Masehi, tahun baru Hijriyah, dan tahun baru Imlek, sama-sama menyebabkan warna merah pada kalender di negara kita.

Jika tahun baru Masehi lebih dinikmati dengan acara pada malam pergantian tahunnya, tahun baru Hijriyah bagi umat muslim ada yang merayakan dengan pengajian. Peringatan tahun baru Hijriyah yang berupa pengajian, sering pula dilaksanakan setelah tanggal 1 Hijriyah. Sedangkan tahun bari Imlek, belum saya pahami diperingati dengan acara semacam apa.

Yang saya tahu dan pernah saya alami, jika tahun baru Imlek atau Tahun Baru Cina, bos saya yang warga keturunan Cina suka memberi amplop berisi sejumlah uang kepada kami para karyawan. Satu persatu dari kami, menerima angpao berisi uang bersampul merah sambil menjabat tangan bos. Dengan lidah yang mencoba difasih-fasihkan, kami mengucapkan "Gong xi fa cai" sambil tersenyum kepada bos kami.

Beberapa tahun ini, saya menjalani hari libur ketiga tahun baru itu dengan persiapan yang biasa saja. Pekerjaan saya yang lepas tanpa bos, tanpa kantor yang tetap, menyebabkan hampir tidak adanya perbedaan apakah sedang libur tahun baru atau tidak. Kadang-kadang hari liburnya pegawai kantoran adalah hari sibuknya saya. Pun, kadang-kadang, hari kerja mereka adalah hari libur saya.

Termasuk tahun baru Imlek kali ini. Saya rasakan dengan kegiatan dan kesibukan biasa. Mengingat tahun baru Imlek kali ini saya sudah tidak mempunyai bos lagi, saya menikmati "Gong Xi Fa Cai" tanpa angpao.

*

Artikel Terkait:

Hari Ini Saya Ketemu Dewi Lestari

Petunjuk Menaiki Commuterline Tujuan Stasiun Klender

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun