Semuanya tergantung pada apa yang ingin Anda capai. Apakah Anda ingin mengintip melalui vegetasi yang lebat? Buat peta 3D fotorealistik? Terbang di malam hari (jika peraturan mengizinkan)?
Jawaban Anda akan memandu Anda menuju solusi yang tepat untuk tempat kerja Anda. Mari kita jelajahi perbedaan Survey lidar dan fotogrametri, dan kapan masing-masingnya benar-benar bersinar.
Visual outputs
Perbedaan paling jelas antara Survey lidar dan fotogrametri adalah hasil akhirnya—peta 3D. Karena fotogrametri menggunakan foto sebenarnya untuk membuat model, Anda mendapatkan visual situs yang mencerminkan kenyataan, seperti yang Anda lihat di Google Earth.
Lidar, sebaliknya, menggunakan pulsa cahaya, bukan kamera konvensional. Outputnya adalah model point cloud 3D, yang memiliki detail visual lebih sedikit dan tidak ada fotorealisme sama sekali.
Vegetasi dan “melihat ke bawah kanopi”
Vegetasi mungkin merupakan pembeda terbesar dalam survey lidar. Meskipun lidar lebih lemah dibandingkan fotogrametri dalam menghasilkan gambar 3D yang realistis dari lokasi kerja yang dibuka, lidar jauh lebih cocok untuk mensurvei area dengan vegetasi lebat seperti hutan, semak belukar, atau rerumputan tinggi.
Karena lidar mengirimkan jutaan gelombang cahaya ke lingkungan, ia sering kali dapat menembus dedaunan dan rerumputan untuk “melihat” tanah dan melakukan pengukuran yang sesuai.
Dalam kondisi yang baik, lidar dapat menembus area dengan tutupan vegetasi hingga 90%, dibandingkan dengan fotogrametri yang mendekati 60%. Meskipun Propeller menawarkan alat pemfilteran untuk membantu Anda melihat apa yang ada di permukaan tanah dengan fotogrametri, lidar umumnya merupakan pilihan terbaik Anda untuk pengukuran akurat di lokasi yang tidak jelas.
Sumber: https://intechsi.co.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H