Mohon tunggu...
Arfiani Yulianti Fiyul
Arfiani Yulianti Fiyul Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Indonesia

Tingkatkan Keterampilan Menulis Belajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasa Puas yang Berlebihan, Perlukah Dicontoh?

26 Agustus 2023   15:41 Diperbarui: 26 Agustus 2023   15:59 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa Puas Yang Berlebihan, Perlukah Di Contoh?

Oleh: Arfiani Yulianti Fiyul

Sobat pembaca, rasa puas yang berlebihan, atau kesombongan, seringkali bisa merugikan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan.

Ada beberapa contoh berikut akan membantu pembaca untuk memahami mengapa rasa puas yang berlebihan tidak diinginkan:

1. Prestasi Akademis

 Seorang mahasiswa yang merasa sangat puas dengan prestasi akademisnya yang tinggi mungkin menjadi kurang termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.

Rasa puas berlebihan ini bisa menghalangi mereka untuk mencapai potensi penuhnya karena merasa bahwa tidak ada lagi yang perlu ditingkatkan.

2. Karier Profesional

Seorang profesional yang merasa sangat puas dengan posisi dan penghasilannya saat ini mungkin akan berhenti berusaha untuk tumbuh dalam karier.

Mereka mungkin kehilangan dorongan untuk belajar keterampilan baru atau mengambil tantangan yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun