Tahukah Kamu Mengapa Langit itu Biru pada Siang Hari tetapi Merah pada Waktu Senja?
Oleh : Arfiani Yulianti Fiyul
Saat cuaca sangat cerah, maka nampak di langit biru dan awan bergumpal -- gumpal, suatu pemandangan sangat indah. Muncul berbagai ide dari para pemerhati dan para ahli-ahli tulis menulis.Â
Kadang ide menulis puisi itu tiba-tiba terbersit  judul : " oh indahnya langit biru ", atau "langit diselimuti awan".  Berbagai ide puisi datang dengan sendiri saat melihat cerahnya langit.
Begitu juga, saat sudah sore hari menjelang petang, pemandangan dilangit pun berubah menjadi ke merah-merahan yang tak kalah indahnya pemandangan di siang hari. Â Saat pemandangan berubah, ahli-ahli seni memunculkan tulisan puisi lebih indah lagi.Â
Judul-judulnya berbagai macam, " kusambut petang hari dengan suka cita", " indahnya warna langit". Â Pokoknya banyak sekali bermunculan puisi-puisi yang menjiwai tentang langit-langit itu.
Namun, ada sisi lain yang ingin di bahas oleh penulis dengan pertanyaan mengenai "mengapa langit terlihat biru pada siang hari dan merah pada waktu senja?".
Mungkin menarik juga kalau penulis bahas sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan untuk menjawab pertanyaan anak-anak yang ada disekita kita.
Sobat pembaca, Langit terlihat biru pada siang hari dan merah pada waktu senja adalah salah satu fenomena alam yang menarik dan memiliki penjelasan ilmiah yang menarik.
Hal ini berkaitan dengan interaksi cahaya matahari dengan atmosfer Bumi. Mari kita jelaskan lebih lanjut.
Langit terlihat biru pada siang hari karena penyebaran cahaya. Cahaya matahari terdiri dari spektrum warna yang berbeda, termasuk warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Ketika cahaya matahari mencapai atmosfer Bumi, partikel-partikel kecil di atmosfer seperti molekul dan debu akan menyebabkan penyebaran cahaya. Namun, penyebaran ini lebih efektif pada panjang gelombang yang pendek, seperti warna biru.
Molekul-molekul di atmosfer, terutama molekul nitrogen dan oksigen, lebih efisien dalam menyebarkan cahaya dengan panjang gelombang yang pendek, yaitu warna biru.
Ketika cahaya matahari masuk ke atmosfer Bumi, molekul-molekul tersebut menyebarkan cahaya biru ke segala arah. Akibatnya, sinar biru tersebar di seluruh langit, sehingga membuatnya tampak biru ketika kita melihat ke atas.
Sementara itu, mengapa langit terlihat merah pada waktu senja berkaitan dengan perjalanan cahaya melalui atmosfer yang lebih panjang.
Pada saat senja, Matahari berada pada posisi yang lebih rendah di langit, sehingga cahaya matahari harus melewati lapisan atmosfer yang lebih tebal sebelum mencapai pengamat di Bumi.
Ketika cahaya matahari melewati atmosfer yang lebih tebal, penyebaran cahaya menjadi lebih signifikan. Pada panjang gelombang yang lebih pendek, seperti warna biru dan hijau, penyebaran cahaya oleh partikel-partikel di atmosfer menjadi lebih dominan, sehingga cahaya tersebut tersebar ke segala arah dan tidak sampai ke mata kita.
Namun, panjang gelombang yang lebih panjang, seperti warna merah, memiliki kemampuan untuk menembus atmosfer dengan lebih baik. Akibatnya, warna merah cenderung tidak mengalami penyebaran yang signifikan dan dapat mencapai mata kita dengan lebih banyak.
Inilah sebabnya mengapa langit terlihat merah atau oranye pada waktu senja, karena cahaya merah yang tidak tersebar dengan kuat tetap dapat mencapai mata kita.
Selain itu, ada juga efek penyerapan cahaya oleh partikel-partikel di atmosfer. Partikel-partikel seperti debu, polusi, dan partikel-partikel lainnya dapat menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek, seperti biru dan hijau.
Akibatnya, cahaya biru dan hijau tersebut lebih tereduksi dalam intensitasnya ketika melewati atmosfer pada waktu senja, sementara cahaya merah tetap dapat mencapai mata kita dengan lebih baik.
Jadi, perbedaan warna langit antara siang hari dan waktu senja disebabkan oleh interaksi kompleks antara cahaya matahari dengan atmosfer Bumi, termasuk penyebaran dan penyerapan cahaya oleh partikel-partikel di atmosfer.
Fenomena ini memberikan keindahan alam yang khas dan membuat kita terpesona akan keajaiban alam yang ada di sekitar kita.
Nah, siap-siap bagi sobat pembaca untuk menatap langit dan menunggu saat nya petang untuk menuliskan keajaiban alam sebagai salah satu Ciptaan Tuhan.
Penulis : Arfiani Yulianti Fiyul
Cimahi, 29 Juni 2023
(Sudah di Hari ke 32 Ibu Saya Berpulang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H