Kerajaan Tumapel sendiri merupakan kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M, dengan Ibukota Kotaraja di wilayah dataran rendah sungai Aksa. Buku inilah yang disebut-sebut dan diakui sebagai tafsir baru oleh penulis buku ini sebagai cikal bakal kemunculan kerajaan besar yang pernah ada di tanah jawa yang bernama Majapahit.
Buku ini hadir dengan menyajikan fakta-fakta baru atau di dalam bukunya penulis menyebutnya sebagai "tafsir baru". Adapun yang dimaksud tafsir baru dalam buku ada empat hal.
Pertama, tafsir baru yang diajukan oleh Profesor Boechari yang menyatakan bahwa Ken Arok adalah anak Tunggul Ametung.
Kedua, tafsir baru Prof Agus Aris Munandar yang menyatakan bahwa Gajah Mada adalah anak dari Gajah Pagon, seorang prajurit Tumapel yang tertombak kakinya sewaktu Singasari diserang oleh Jayakatwang.
Ketiga, tafsir baru yang penulis ajukan tentang Gajah Mada yang tidak pernah mengucapkan "Sumpah Palapa" melainkan sumpah "Isun a mukti Pa-alap-a". Sumpah ini berarti "Saya tidak akan hidup mukti dengan mengambil kekayaan (fasilitas) kerajaan". Artinya Gajah Mada akan menjalani hidup mukti dengan mengambil kekayaan (fasilitas) dari kerajaan setelah Nusantara dapat disatukan oleh kerajaan Majapahit.
Keempat, tafsir baru tentang kerajaan Tumapel yang menjadi "Bawahan Majapahit" atau "Raja Diraja Majapahit" dengan ibukota Kabalan/Kebalon, pada kurun waktu 1294-1468.
Menariknya, fakta-fakta baru yang dihadirkan dalam buku ini pun juga didukung dengan fakta-fakta artefaknya yang jarang digubah oleh para ahli lain
Buku ini juga menjelaskan makna pada istilah-istilah sejarah yang mungkin sebagai pembaca awam terasa asing. Sehingga hal ini memberikan wawasan baru dan tentunya memudahkan pembaca memahami isi buku.
Fakta-fakta baru yang disajikan dalam buku ini pun akan membuka cakrawala kita bahwa ternyata sejarah itu sangat kompleks dan perlu dikaji melalui sudut pandang yang berbeda. Misalnya saja pada buku sejarah lain dijelaskna bahwa Gajah Mada bersumpah menyatukan Nusantara melalui sumpah Palapa. Namun dalam buku ini diberikan tafsir baru bahwa sumpah yang diserukan oleh Gajah Mada adalah "Isun a mukti Pa-alap-a".Â
Dengan pembahasan menariknya, buku ini layak dibaca dan dipahami untuk menambah khazanah keilmuan tentang sejarah bangsa ini. Buku ini cocok dibaca bagi kalian yang menyukai sejarah atau siapapun yang ingin mempelajari lebih dalam mengenai sejarah kerajaan. Selain itu juga cocok dijadikan sumber referensi dan rujuan terkait kerajaan Tumapel dan Majapahit
Hanya saja bagi pembaca awam atau bagi kita yang jarang membaca buku sejarah, mungkin membaca buku ini diperlukan pemahaman yang ekstra, dikarenakan banyaknya istilah-istilah baru yang diperkenalkan, yang mungkin masih asing di telinga.