Mohon tunggu...
Arfiah Lestari Putri
Arfiah Lestari Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Administrasi Pendidikan

Try your best

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengkritik Elite Politik Secara Enteng-Entengan

27 Desember 2022   14:21 Diperbarui: 30 Desember 2022   17:23 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku      : Andai Pemerintah Mau

Penulis             : Nurudin

Penerbit           : Intelegensia Media (Intrans Publishing Group)

Cetakan           : Pertama, Maret 2021

Tebal                : xx + 156 halaman

ISBN                 : 978-623-6548-72-1

Harga              : Rp 52.000

Buku yang ditulis Nurudin ini mempunyai judul yang menarik "Andai Pemerintah Mau". Sesuai dengan judulnya, buku ini mengajak pembaca untuk sekedar berandai-andai. Bagaimana seandainya jika kita memiliki pemerintah dan politisi yang jujur dan memihak kepentingan rakyat. Tidak ada salahnya berandai-andai, karena di dalam pengandaian juga akan memunculkan sebuah harapan. Agaknya ini yang ingin disampaikan penulis, bahwa pengandaian menjadi hiburan ditengah harapan yang kian sirna.

Buku dengan tebal 156 halaman ini mengajak pembaca untuk berfikir kritis dan memahami apa yang ada di sekitar kita. Ada banyak yang topik diangkat penulis, mulai dari ranah politik, hukum, kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan. Semuanya dibahas secara enteng-entengan (ringan-ringan) dan dikemas dengan narasi yang sarat akan satir dan guyonan. Walaupun dibawakan dengan bahasa yang santai ala warung kopi namun tidak mengurangi esensi buku ini sendiri. Buku ini sendiri sebenarnya merupakan kumpulan catatan penulis yang pernah ia muat di sejumlah media. Berisi pemikiran penulis akan peristiwa-peristiwa aktual yang menjadi keresahanya.

Setidaknya ada tiga bagian yang dibahas dalam buku ini. Bagian pertama dengan bab "Aturan Tinggal Aturan, Pelanggaran Jalan Terus". Dalam bab ini mengupas bahwa negeri ini sudah banyak aturan. Aturan-aturan tersebut silih berganti dan saling tumpang tindih. Tetapi semua punya kepentingan yang berbeda. Artinya, aturan dibuat berdasar "pesanan" atau kepentingan tertentu.

Bagian keduanya bertema "Masyarakat Tak Berdaya, Negara Kuat". Bagian ini menguraikan bahwa masyarakat kuat menyebabkan negara lemah. Bagaimana tidak? Jika masyarakat kuat maka mereka akan berdaya. Jika berdaya maka itu akan mengancam elite politiknya. Kondisi yang membuat gerah para elite politik. Di dalam bab ini memuat 12 tulisan, adapun diantaranya yang menarik "Terima Kasih Buzzer", "Ustadz Whatsapp", "Hobi Kok Demo, Sih?", "Demo itu Primitif, Tauk?"

Sedangkan bagian terakhir memiliki judul yang cukup menggelitik. "Orang Gila, Makin Dicari Karena Berani". Bagian ini bercerita masalah bahwa hidup yang sudah tidak lurus-lurus ini membutuhkan orang gila atau orang unik untuk ikut mengatasinya. Bab ini pun berisi 12 tulisan. Adapun beberapa judul yang terasa menggelitik diantaranya "Wong Edan Garis Lucu", "Tiba-Tiba Saya Jadi Kangen Vicky Prasetyo" dan "Rambut Klimis Yes, 'Isi Kepala' No".

Buku ini hadir dengan memberikan pandangan bahwa obrolan politik yang biasanya terkesan serius dan kaku ternyata bisa dibahas dengan gaya sesantai buku ini. Seperti yang penulis sampaikan," tidak usah terlalu serius. Hidup ini sudah serius. Mengamati sepak terjang elite politik itu serius, jadi mari enteng-entengan memahami mereka dari sisi kita yang enteng-entengan pula".

Buku ini seakan menyuarakan keresahan kita selama ini, bukan hanya tentang pemerintah tetapi juga fenomena sosial di sekitar kita. Buku ini layak dibaca bagi siapapun yang memerlukan asupan informasi yang mengasah otak. Sekaligus untuk mengkaji ulang pandangan politik kita di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun