Arfi Ardiyanto, CGP Angkatan 4 Kabupaten Tegal.
Guru Kelas SD Negeri Margasari 01.
Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Dalam upaya pengelolaan sumber daya pembelajaran di sekolah, pendekatan berbasis aset sangat diperlukan untuk menggali potensi yang dimiliki sekolah agar dapat menghasilkan kebermanfaatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau disebut sebagai modal utama, yaitu: Manusia, Sosial, Fisik, Lingkungan Alam, Finansial, Politik, Agama dan Budaya.
Berdasarkan pendekatan berbasis aset yang telah saya pelajari pada program pendidikan guru penggerak yaitu modul 3.2. tentang : "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran." Saya mencoba mengidentifikasi dan memetakan 7 modal aset yang dimiliki SD Negeri Margasari 01 yang memilki potensi dan manfaat untuk pengelolaan, pengembangan, dan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Hasil pemetaan 7 modal aset tersebut yaitu :
1. Modal ManusiaÂ
SD Negeri Margasari 01 memiliki jumlah guru yang lebih banyak dibanding SD lain karena kami memiliki kelas paralel dari kelas 1 s.d. kelas 6. Jumlah total guru di sekolah kami ada 17 orang. Ada 9 orang guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan ada 3 orang guru yang merupakan Calon Guru Penggerak angkatan 4 Kabupaten Tegal. Kepala sekolah kami cukup kompeten dan juga sedang mengikuti tahap 2 seleksi Program Sekolah Penggerak. Â Murid-murid sekolah kami juga cukup berprestasi baik pada bidang akademik maupun non akademik. Selain itu sekolah kami juga memiliki anggota komite sekolah yang merupakan tokoh masyarakat yang berpengaruh di wilayah lingkungan sekolah kami. Wali murid sekolah kami beragam, ada yang PNS, wirausahawan, dan pejabat pemerintahan desa (kepala desa). Dari modal manusia tersebut, sekolah kami mempunyai potensi yang cukup tinggi jika dikelola dengan pendekatan berbasis aset.
2. Modal Sosial
Lokasi SD Negeri Margasari 01 berada di belakang komplek Pasar Margasari. Tentunya terdapat asosiasi para pedagang pasar yang bisa menjadi modal sosial untuk mendukung kegiatan pembelajaran praktik wirausaha bagi murid-murid. Alumni juga merupakan modal sosial yang dapat membantu dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan fisik / sarana prasarana sekolah karena memiliki kedekatan emosional terhadap almamaternya. Untuk menjalin silaturahmi dan komunikasi dengan alumni sekolah kami mempunyai fanpage facebook : https://www.facebook.com/margasarisatutiga , sekolah kami selalu memposting berbagai momen kegiatan di fanpage tersebut. Selain itu ada juga ada organisasi kemasyarakatan dan keagamaan di sekitar wilayah sekolah kami seperti : IPM, IPNU-IPPNU, dan perkumpulan tim sepak bola yang dapat menjadi modal sosial untuk pembelajaran berorganisasi dan pengembangan bakat olahraga sepak bola bagi murid-murid.
3. Modal Fisik
Modal fisik yang dimiliki sekolah tentunya adalah gedung dan sarana prasarana yang telah tersedia. Modal fisik lainnya yang ada di lingkungan sekitar sekolah kami adalah kolam renang dan GOR badminton milik swasta serta lapangan sepak bola milik desa. Modal fisik tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran olahraga dan pengembangan bakat olahraga untuk murid -murid. Sekolah kami harus menjalin komunikasi dengan pemilik tempat tersebut dan pemerintah desa agar murid-murid diberi kemudahan dan keringanan biaya untuk menggunakan tempat-tempat tersebut.
4. Modal Lingkungan Alam
Wilayah Desa Margasari dan desa sekitarnya masih terdapat lahan hutan jati yang cukup luas yang dapat menjadi modal lingkungan alam untuk kegiatan pembelajaran ekosistem bagi murid-murid. Selain itu juga ada sungai yang cukup besar yang digunakan untuk penambangan pasir, ini juga dapat dijadikan modal lingkungan untuk kegiatan pembelajaran diluar kelas.
5. Modal Finansial
Modal finansial paling utama dari setiap sekolah tentunya dari Dana BOS, tetapi sekolah perlu menggali potensi sumber dana lain yang dapat digunakan untuk membantu pengembangan fisik dan sarana prasarana sekolah. Di sekolah kami selain dari dana BOS kami sering menggalang dana dari walimurid (swadana) ketika ada program pengembangan fisik dan sarpras, tentunya melalui komite sekolah sesuai dengan peraturan yang ada. Dari alumni yang sudah sukses mungkin juga bisa diusahakan agar dapat memberikan bantuan, ini berkaitan dengan aset modal sosial juga. Sekolah kami juga memiliki usaha WC umum, kami menyediakan 1 ruang untuk dijadikan WC umum karena lokasi sekolah kami yang berada di komplek Pasar Margasari dan dipinggir jalan raya propinsi sehingga memungkinkan untuk usaha tersebut. Selain itu usaha koperasi sekokah juga dapat dijadikan modal finansial. Hasil keuntungan dari usaha WC umum dan koperasi sekolah menjadi sumber dana insidental.
6. Modal Politik
Anggota komite sekolah kami merupakan tokoh masyarakat yang berpengaruh di wilayah sekitar sekolah kami dan walimurid juga ada yang menjadi Kepala Desa, Anggota BPD, dan Ketua RT-RW yang dapat menjadi modal politik yang dapat mendukung dan ikut menyukseskan program-program sekolah. Selain itu modal politik ini juga dapat membantu promosi sekolah saat Penerimaan Peserta Didik Baru.
7. Modal Agama dan Budaya
Wilayah disekitar sekolah kami cukup religius, ada beberapa lembaga pendidikan non formal seperti TPQ / TPA dan MDA sebagai tempat pendidikan agama bagi murid-murid saat sore hari. Selain itu ada juga majelis taklim pengajian yang juga dapat menjadi modal agama bagi murid-murid untuk memperdalam ilmu keagamaannya. Sekolah kami berusaha menjalin komunikasi dengan pengurus lembaga pendidikan dan majelis taklim tersebut agar murid-murid kami difasilitasi untuk dapat mengikuti pendidikan dan kegiatannya.
Sekolah kami memiliki ciri khas sendiri yang berbeda dengan sekolah lain. Di sekolah kami memiliki guru-guru yang muslim dan non muslim. Demikian juga murid-murid di sekolah kami tidak semuanya muslim ada beberapa yang non muslim, bahkan tidak hanya dari suku jawa ada beberapa murid dari luar jawa dan etnis tionghoa. Dengan keberagaman yang ada, tidak membuat sekolah kami mengalami perselisihan SARA. Hal itu justru membuat kami merasa unik dan bangga karena torelansi di sekolah kami tumbuh dan terjaga dengan baik serta menjadi kekuatan bagi sekolah kami.
*) Artikel ini ditulis untuk tugas Modul 3.2. Diklat Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Tegal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H