Mohon tunggu...
Ade Irmanus
Ade Irmanus Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Yakin Usaha Sampai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dolanan Anak yang Mulai Ditinggalkan

3 Desember 2019   15:32 Diperbarui: 3 Desember 2019   15:45 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dan kental akan berbagai warisannya, salah satunya adalah warisan "dolanan", demikian orang Jawa sering menyebutnya (permainan) anak. Di setiap Daerah memiliki berbagai macam dan jenis dolanan (permainan) anak yang sarat akan makna. 

Nampaknya sudah sangat jarang Kita lihat sekarang ini anak-anak beraktifitas fisik di luar ruangan. Kondisi ini memunculkan keresahan tersendiri bagi orang tua dan masyarakat umum karena anak-anak perlahan mulai asing terhadap dolanan anak (permainan). Harus diakui bahwa minat anak-anak sekarang terhadap permainan fisik di luar ruangan sangat sedikit. 

Dolanan (permaianan) anak mulai tidak memiliki daya tarik bagi Mereka. Anomali yang terjadi saat ini adalah sebagian anak-anak sekarang lebih menikmati terhadap gawai yang memanjakan aktifitas sehari-harinya. Pesatnya kemajuan teknologi merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin bisa dihindari.

Gelombang arus teknologi yang semakin kuat di era modernisasi seperti sekarang ini bisa menjadi ancaman tersendiri bagi kalangan anak-anak terhadap "dolanan" anak yang menjadi bagian dari dunia Mereka. 

Dolanan tradisional yang menjadi warisan para pendahulu kini hanya menjadi sepenggal kisah yang hanya sebatas diceritakan kepada anak-anak, walaupun masih ada beberapa daerah yang masih memainkan beberapa dolanan tradisional untuk membentengi derasnya laju digitalisasi permainan modern. 

Dari segi teknis permainannya, dolanan tradisional anak memang membutuhkan banyak aktifitas di luar ruangan serta dilakukan secara kolektif (bersama-sama). Banyak manfaat yang diperoleh anak-anak dengan memainkan "dolanan tradisional", pertama anak-anak akan aktif bergerak yang pada akhirnya akan merangsang aspek psikomotoriknya dengan baik. Kedua, dengan bermain di luar ruangan anak-anak akan belajar bagaimana cara berinteraksi dengan kawan sepermainannya, anak-anak juga akan belajar bermain strategi dan pemecahan masalah.

Banyak dolanan tradisional yang dapat merangsang psikomotorik anak-anak. Gobak Sodor merupakan salah satu dolanan tradisional yang banyak menuntut anak-anak untuk aktif bergerak dan bermain strategi. Permainan ini adalah permainan berregu (kelompok), dalam teknisnya Gobak Sodor dimainkan oleh tiga sampai enam orang. 

Aturan mainnya adalah masing-masing kelompok dibagi menjadi dua, satu kelompok berperan sebagai penjaga dan yang satunya berperan sebagai penyerang yang nantinya akan menjebol pertahanan kelompok penjaga. Kelompok penyerang harus bisa bermain strategi atau mengecoh kelompok penjaga agar bisa melewati tanpa tersenteuh oleh tangan kelompok penjaga. 

Untuk kelompok penjaga, harus tetap berada pada garis yang sudah ditentukan. Kelompok penyerang harus bisa bermain strategi dan taktik agar dapat mengecoh penjaga supaya bisa lolos melewatinya. Kekompakkan dan komunikasi yang baik antar anggota kelompok menjadi kunci keberhasilan permainan ini.

Yang tidak kalah seru dari dolanan tradisional Gobak Sodor adalah dolanan Egrang. Dolanan Egrang merupakan jenis permainan yang dapat melatih keseimbangan tubuh. Egrang terbuat dari dua bambu yang berukuran sama panjang dan masing-masing bambunya diberi pijakan kaki. Dalam teknisnya, pemain Egrang harus bisa berjalan dengan menggunakan Egrang dengan cara mengatur keseimbangan tubuhnya. 

Masih banyak lagi jenis dolanan anak yang tidak hanya mengandalakan fisik anak-anak, dolanan dam daman merupakan jenis permainan tradisional yang mengandalkan trik dan taktik untuk menghabiskan bidak lawan. Uniknya permainan Dam daman ini tidak mengeluarkan biaya untuk dapat memainkannya, karena papan bidak bisa dibuat dengan hanya bermodalkan kertas dan pensil, atau  bisa juga tanah datar yang  dibuat menyerupai papan bidak catur. 

Permainan dam daman bidaknya disusun layaknya bermain catur, sedangkan untuk bidaknya sendiri bisa menggunakan bahan yang mudah didapat disekitar lingkungan, misalkan bisa dengan batu, potongan-potongan kayu kecil maupun kertas yang digulung kecil. Aturan main dari dam daman adalah bidaknya berjumlah delapan, pemain dianggap menang jika telah menghabiskan bidak lawan. Dolanan tradisional anak memang sangat beragam jenisnya dan sangat banyak pula manfaatnya bagi anak-anak.

Dalam perkembangannya, dolanan tradisional kini mulai asing terdengar di telinga  anak-anak yang lahir di tahun 2000an. Pasalnya, anak-anak sekarang dari kecil sudah terbiasa dengan gawai dan gim daring yang memanjakan Mereka. Anak-anak lebih nyaman beraktifitas di dalam rumah daripada beraktifitas di luar rumah. 

Hal ini begitu membekas bagi Kita yang pernah merasakan dan mengalami masa itu, dan ini akan bisa menjadi bahan cerita yang asyik dan menarik di kemudian hari. Bagi sebagian kalangan yang lahir di tahun 80-90an yang pada waktu itu belum mengenal smartphone dan berbagai fasiliitas teknologi, mungkin permainan tradisional bisa menjadi bahan untuk berkumpul dan bergembira bersama sahabat-sahabatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun