Dengan segala pertimbangan, jalur mandiri pun tak luput dicoba. Selain kompetensi peserta, perkara nominal biaya yang dikeluarkan juga harus disiapkan. Penolakan dari SNBP dan SNBT dilupakan sejenak dan siap "bertarung" di jalur mandiri. Â Bahkan, mencoba untuk daftar di beberapa universitas dengan harapan ada satu atau lebih universitas yang mau menerima. Serasa tertekan berjuang sendiri di antara banyak orang yang sudah diterima. Jika ditolak, bukannya segala jerih payah yang kita kerahkan itu tidak berarti. Segala kesempatan dan risiko telah berani kita ambil sampai akhirnya di tahap ini merupakan hal yang patut untuk diapresiasi. Hanya saja, mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bisa lolos di tahun ini. Tak apa untuk berhenti belajar sejenak. Mencoba healing dan menenangkan diri dengan kenyataan yang ada.Â
Kegagalan bukan berarti kita terlalu bodoh dan tidak pantas untuk memperoleh sesuatu. Jerih payah serta doa yang telah kita usahakan juga bukan berarti sia-sia. Percaya bahwa segala yang terjadi pasti akan ada pelajaran penting dibaliknya yang bisa kita ambil. Boleh kita rehat sejenak dengan pergi jalan-jalan untuk menenangkan diri. Kita juga bisa melakukan refleksi diri agar tahu apa kekurangan kita sehingga bisa lebih siap untuk SNBT tahun depan.
Dalam mengisi waktu luang, kita juga bisa mengasah bakat, memantapkan dalam memilih jurusan, serta mencoba hal-hal baru, seperti membuka bisnis kecil-kecilan, volunteer, dll. Jaga terus semangat belajar dan jangan pernah menyerah dalam berdoa pada Allah. Terakhir, selalu percaya bahwa yang diberikan Allah adalah yang terbaik untuk kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H