Mohon tunggu...
Arfany Cahya Sakti
Arfany Cahya Sakti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia

Banyak belajar, belajar banyak. Belajar bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pemilu Indonesia: Keberagaman Partisipasi Pemilih dalam Pemilu 2024

24 Februari 2024   01:54 Diperbarui: 24 Februari 2024   02:14 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram Muamar Khadafi 

Penulis Muamar Khadafi

Editor Arfany Cahya Sakti

Jakarta - Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem demokrasi dalam menjalankan pemerintahannya, bahkan penerapan sistem yang identik dengan banyak nya instansi. Lembaga yang menjadi bagian dalam pembagian kekuasaan pada trias politika yaitu, eksekutif, legislatif dan yudikatif. Semua lembaga tersebut, memiliki peran penting pada sistem politik yang berlaku seperti rantai yang saling berkaitan antara satu sama lain. Serta terlihat juga bagaimana proses pemilihan atau election pemimpin melalu proses pemilu yang berkonsepsi dasar, dan cara dalam gagasan besar demokrasi.

 Pemilu menjadi produk utama bagi suatu negara yang menerapkan sistem demokrasi serta untuk menjalankan sebuah tatanan demokrasi menjadi seimbang, berlandaskan hal tersebut negara yang menyelenggarakan pemilu secara langsung sebagai proses election kepemilihan untuk pemimpin baru yang hadir di Indonesia. Dengan merujuk pada catatan John Locke dan Rousseau "Pemilu menjadi keterjaminan kebebasan, keadilan dan kesetaraan bagi individu dalam segala bidang", sehingga dalam demokrasi yang mampu melahirkan nilai-nilai partisipatif dan kedaulatan dijunjung tinggi untuk terus dijalankan oleh warga negara serta para instrument negara, seperti bagian legislatif, eksekutif dan yudikatif.

 Kondisi politik nasional Indonesia yang terlihat pada pemilu 2024, merupakan kondisi politik yang stabil, sebab hak warga negara untuk mencalonkan diri bahkan dicalonkan untuk ikut serta berkontestasi didalam pemilu memiliki kesetaraan hak yang sama, menjadi refleksi tersendiri bagi kita, bahwa negara demokrasi dengan produk pemilu memiliki pengaruh besar bagi lingkungan dan keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi politik, baik secara langsung maupun tidak langsung pada pemilu hari ini. Ini perlu di apresiasi segala stakeholder pihak penyelenggara pemilu dan masyarakat untuk mengawal pesta demokrasi dengan sebaik baiknya.

 Pemilu 2024 juga menghadirkan banyak warna dan keberpihakan masyarakat untuk memilih tanpa di batasi hak nya, ini terbukti bahwa pemilu 2024 mampu memiliki tiga pasangan calon terbaik untuk berkontestasi sebagai pemimpin negara yaitu calon presiden beserta wakil calon presidennya, dengan segala bentuk kebebasan berkontestasi dan memilih tanpa ada jarak dan pembeda fasilitas apa pun untuk memenuhi hak nya dalam menjalankan konsep demokrasi pada pemilu hari ini.

 Salah satu hal unik yang dihasilkan pada pemilu 2024 hari ini ada pada elemen keberagaman, elemenan keberagaman yang hadir sebagai penggerak tahapan pemilu untuk berpartisipasi secara langsung baik sebagai pemilih maupun pendukung yang ikut serta langsung untuk berkampanye dalam mendukung jagoannya. Masing masing pendukung memiliki keberagaman yang terlalu mencolok dan gampang dibedakan pada pemilu kali ini, seperti :

  • Para pendukung/pemilih dari pasangan calon Anies-Muhaimin yang memiliki karakterisktik militansi dan komitmen tinggi untuk berjuang bersama, ini disebut sebagai tipe pemilih emosional. Pemilih emosional ini yang terlihat pada pendukung Anies-Muhaimin memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya sejak lahir, misalkan kesamaan dalam paham ideologi, agama dan budaya. Dengan secara umum pemilih ini dikategorikan lagi menjadi dua, yakni pemilih aktif dan pasif.

Pemilih aktif emosional gampang diidentifikasi, sebab pemilih atau pendukung ini gampang terprovokasi dan sangat cepat merespon isu yang dilempar pada saat kontestasi pemilu berlangsung. Sementara Pemilih Pasif Emosional yang tidak menampilkan secara terang terangan dan lebih cenderung kearah pola komunikasi diam serta tipologi pemilih yang awal nya sebagai swing voters atau pemilih yang menentukan pilihannya diakhir. Degan melihat ini dari konsep kampanye yang ditawarkan oleh pasangan sebagai kampanye berdialog interaktif dengan parah pemilih yang ada dilapangan.

Dua tipe yang dimaksud ini bisa diliat melalui jalur media sosial misalnya twitter, instagram bahkan pada media sosial yang cukup digemari segala kalangan yakni tiktok, yang kadang merespon dengan bentuk komentar atau postingan ulang sebagai sifat responsif dari pemilih yang loyalitas dan fanatisme yang tinggi.

  • Kemudian bagi para pendukung/pemilih yang berasal dari pasangan calon Prabowo -- Gibran yang lebih sering tidak terpengaruh dengan isu atau konsumsi publik yang berlebihan, biasa nya lebih melihat data sebagai bentuk validasi dan tidak terlalu fanatik bahkan, yang emang memiliki pandangan secara konservatif tapi ia lebuh rasional dalam mengambil tindakan, nah hal seperti pemilih dari Prabowo-Gibran masuk kepada karakteristik tipe pemilih yang Rasional-Emosional.

Dengan tipe pemilih ini cenderung akan diam ketika melihat isu yang bersifat agama, identitas dan simbolik yang sedang digaungkan, sebab pemilih ini lebih sering memproses informasi dengan jangka waktu tertentu masing masing dari individu nya. Hal ini lebih ketergantungan untuk mencocokan antara emosional pemilih dan informasi pemilih yang menyangkut tentang masalah isu ideologis, agama, dan etnis yang dibawa.

Robert Rochrscheneider (2002) membagi dua dimensi pemilih seperti :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun