Mohon tunggu...
Arfa Gandhi
Arfa Gandhi Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalistik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.kompasiana.com/arfa18 Berkarya itu bahagia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Papua Surga Kecil Dunia dan Toleransi Tinggi Masyarakat Suku Dani

25 Juli 2024   11:08 Diperbarui: 25 Juli 2024   11:11 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama masyarakat Papua / Foto: Istimewa 

Setelah itu, masyarakat setempat melakukan perjamuan kepada kami dengan memberikan umbi-umbian, pisang, keladi, labu dan buah merah yang dimasak secara tradisional dengan cara bakar batu serta menyajikan beberapa tarian khas daerah.

Sambil menikmati hidangan cemilan yang sudah disediakan, kepala suku Dani juga tak lupa mengingatkan kami soal aturan-aturan adat yang biasa diterapkan oleh warga setempat. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan acara makan besar bersama.

Saat itu saya hanya berfikir untuk kembali makan umbi-umbian dan pisang. Sebab, lauk yang disediakan adalah babi bakar batu. Dan dalam perjalan dinas kali ini hanya saya sendiri yang beragama muslim.

Namun bukan berarti tidak ada umat muslim di Lembah Baliem. Masyarakat suku Dani Papua yang beragama muslim berada di Distrik Walesi. Disana juga terdapat sebuah masjid dan pesantren yang berdekatan dengan gereja.

Hidup berdampingan mengedepankan nilai toleransi antar umat beragama menjadi sebuah kewajiban bagi masyarakat suku Dani Papua.

Bahkan tingginya nilai toleransi masyarakat suku Dani membuat saya tidak jadi kelaparan. Sebab saat tau saya beragama muslim, beberapa pemuda disana langsung bergerak cepat ada yang menuju pasar untuk membeli ayam dan ada juga yang menuju hutan untuk berburu rusa.

"Kaka muslim toh, tunggu sebentar KK, kita mau cari rusa," kata seorang warga kepada saya.

Tak butuh waktu lama, rusa hasil buruan dengan ukuran yang tak terlalu besar pun akhirnya datang. Begitu juga dengan ayam yang dibeli di pasar.

Dan yang membuat saya sedikit terharu, tempat untuk memasak daging rusa dan ayam dengan cara bakar batu juga dipisahkan dari tempat yang biasa digunakan untuk masak babi oleh para mama - mama yang sedari tadi sibuk di dapur.

Satu pelajaran yang saya dapat saat itu adalah cara mereka menghormati dan melayani seorang minoritas seperti seorang raja yang harus dan wajib dipenuhi segala kebutuhannya dan bukan hanya soal makan saja.

Pisau dan wadah untuk memotong rusa pun beli baru, tidak memakai barang-barang yang sebelumnya digunakan untuk mengeksekusi babi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun