Mohon tunggu...
Arfa Gandhi
Arfa Gandhi Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalistik

Berkarya lewat sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pengalaman Dihancurkan Penjilat

19 Juli 2024   02:19 Diperbarui: 19 Juli 2024   02:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (otosia.com)

Jakarta - Kerasnya hidup tentu memaksa kita untuk tetap bergerak dan berfikir agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan jangan lupa tetap harus bernafas.

Namun percayakah kalian kalau label pendidikan tinggi yang dilengkapi dengan skill kinerja berkualitas tetap tak menjamin anda berada pada titik aman dan nyaman dalam sebuah pekerjaan.

Perusahaan hebat dan bonafit tentunya mencari kriteria pekerja yang memiliki spesifikasi seperti itu. Akan tetapi, survive yang akan tetap menentukan nasib anda di dalam sebuah perusahaan, bahkan dimana pun anda berada.

Pasalnya, orang-orang yang memiliki spesifikasi dan kriteria tersebut tetap akan dikalahkan dan pasti dihancurkan oleh para PENJILAT.

Lalu bagaimana cara kita untuk tetap bertahan ?
Jawabannya hanya BERGERAK ATAU MATI.

Karena faktanya meski tidak semua, orang-orang yang memiliki kinerja berkualitas cenderung bersifat idealis. Berbeda dengan seekor ular licik berkepala dua yang memiliki kebusukan pada mulutnya dengan menjatuhkan dan mengalahkan kualitas seseorang dari bacot sampahnya.

Untuk itu teruslah bergerak dan berkarya dimana pun kalian berada dengan kemampuan yang kalian miliki. Karena jika suatu saat ada seekor ular yang datang menggigit, racun pada bisanya tidak akan membuat kalian mati meski harus kehilangan sebuah kursi.

Ini menjadi tulisan ke 10 saya di Kompasiana setelah baru bergabung 4 hari yang lalu usai menyandang status PENGANGGURAN. Sebelumnya saya berkerja menjadi kuli tinta selama 16 tahun di 4 media berbeda.

Status keren tersebut saya dapatkan setelah 3 ular yang terdiri dari satu ekor ular cobra hitam yang memiliki bisa mematikan, satu ekor ular piton dan satu ekor sanca betina datang mengigit serta melilit hingga hancur tak berdaya.

Fenomena ini membuat mata saya terbuka, kalau kinerja berkualitas yang didukung oleh pengalaman matang tetap tak menjamin kursi kita akan nyaman. Dan saya harus tetap belajar dari pengalaman.

Hal itu yang akhirnya membuat saya tertarik untuk menjadi blogger di Kompasiana sebelum menentukan kemana langkah berikutnya akan mengarah.

Memang tak butuh waktu lama, setelah 1 Minggu menyandang status PENGANGGURAN sudah ada 3 media yang menawarkan untuk bergabung. Namun, kaki ini belum mau menentukan pilihan.

Belajar dari pengalaman, sebelum menentukan kemana arah tujuan, harus lebih dulu memilki wadah untuk melampiaskan sebuah karya tulisan. Dengan begitu, jika suatu saat ada ular yang kembali datang menggigit dan melilit hingga kembali terbuang sudah punya perahu kecil sebagai pendaringan sementara.

Karena sejujurnya saat ini baru benar-benar terasa pahitnya hidup tanpa adanya pemasukan, sebab listrik yang menggunakan token tidak bisa diajak kompromi. Pilihannya hanya ISI ATAU MATI. Tentunya itu akan membuat rumah kalian menjadi gelap.

Jadi agar kedepannya tidak lagi gelap harus terus bergerak dan berkarya dalam bidang apapun. Kebetulan, menulis adalah fashion utama saya. Jadi blogger adalah pilihan utama.

Kuncinya hanya satu, KONSISTENSI yang akan menentukan hasil kedepannya. Apalagi untuk mendapatkan sebuah reward harus lebih dulu bisa melewati proses verifikasi yang sudah di tentukan jadi tetap semangat dan jangan lupa selalu berdoa, karena perjalanan kedepan tidak akan selalu mulus kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun