Mohon tunggu...
Ruth Erica Margaret
Ruth Erica Margaret Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Tidar

currently writing

Selanjutnya

Tutup

Love

Pola Komunikasi yang Membuat Hubungan Menjadi Langgeng

11 Desember 2024   14:25 Diperbarui: 11 Desember 2024   14:46 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa ini efektif?
Menurut Gottman, "peace and quiet" bukanlah syarat utama agar hubungan berhasil. Bahkan, hubungan yang tampak penuh gejolak bisa tetap kuat, penuh cinta, dan bertahan lama. Beberapa pasangan dengan pola komunikasi volatile ini merasa bahwa "pertarungan" mereka justru mendekatkan mereka, dan semakin besar konflik, semakin kuat pula hubungan mereka. Beberapa pasangan lebih ekspresif dan bahkan bersemangat dalam mengungkapkan perasaan mereka ketika konflik muncul. Mereka mungkin terlibat dalam perdebatan yang intens, tetapi tetap memperjuangkan perspektif masing-masing tanpa saling merendahkan. Pasangan dengan pola komunikasi ini tidak menghindari konflik, tetapi berusaha menyelesaikannya dengan cara yang lebih "passionate" atau penuh semangat. Menurut Hock (2016), meskipun hubungan yang tampaknya bergejolak, bisa tetap sukses jika kedua pasangan merasa dihargai dan setara.

 

Sumber: Soompi
Sumber: Soompi

c) Pola Komunikasi Conflict-Avoiding 

Pola komunikasi ini adalah pola komunikasi yang merupakan kebalikan dari pola komunikasi volatile. Dimana pola komunikasi volatile menekankan pada penuhnya gejolak ketika berkomunikasi. Di sisi lain, pola komunikasi conflict-avoiding cenderung menghindari konflik dan memilih untuk "membiarkan saja",bahasa gaulnya let it go, konflik berlalu tanpa diselesaikan. Mereka merasa bahwa beberapa perbedaan atau ketegangan dalam hubungan tidak perlu dibahas secara terbuka atau terlalu dipikirkan, karena menurut mereka, itu bukanlah masalah besar. Pada pasangan dengan pola ini, jika ada ketidaksepakatan, mereka mungkin lebih memilih untuk menahan diri dan tidak melibatkan emosi yang kuat dalam menghadapi situasi tersebut. Mereka sering berpikir bahwa "tidak semua perbedaan perlu diselesaikan" dan lebih memilih untuk menjaga kedamaian hubungan, meskipun hal ini berarti bahwa masalah tidak diselesaikan secara langsung. 

Contoh:
Misalnya, saat pasangan terlambat pulang kerja dan membuat pasangan lain khawatir, pasangan yang menerapkan pola komunikasi conflict-avoiding mungkin hanya akan mengabaikan perasaan kesal tersebut. Ketika dia ditanya, "Kamu kenapa tadi telat? Aku khawatir," jawabannya bisa jadi, "Gapapa. Tadi cuma macet aja di jalan, kok."

Meskipun conflict-avoiding efektif untuk beberapa pasangan, terutama dalam menghadapi masalah kecil, pola komunikasi ini menjadi masalah jika terlalu sering digunakan untuk menghindari pembicaraan tentang masalah besar atau mendalam. Pada titik tertentu, hal ini dapat mengarah pada ketidakpuasan yang tidak terungkap dan pada akhirny  perasaan yang terpendam bisa merusak hubungan.

Pada akhirnya, setiap pasangan tentu memiliki cara unik dalam berkomunikasi dan ketiga pola komunikasi efektif di atas---validating, volatile, dan conflict-avoiding---memiliki kelebihan, kekurangan dan tantangan masing-masing. Pola validating menawarkan ketenangan dan saling pengertian yang mendalam, volatile memberikan energi dan dinamika yang bisa memperkuat hubungan meski terkadang penuh gejolak, sementara conflict-avoiding memberikan kenyamanan dengan menghindari ketegangan yang berlebihan. Namun, tidak ada satu pola yang sempurna atau mutlak terbaik untuk semua pasangan. Kunci utamanya adalah bagaimana pasangan dapat saling memahami, menghargai perbedaan, dan menemukan pola yang paling cocok bagi keduanya untuk menciptakan hubungan yang sehat, kuat, dan langgeng serta memberikan rasa aman dan nyaman satu sama lain. Apapun pola yang kamu pilih, yang terpenting adalah saling terbuka dan mendengarkan agar hubungan dapat terjalin baik.  (reth)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun