Mohon tunggu...
Ares Faujian
Ares Faujian Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Manggar Prov. Kep. Bangka Belitung

Saya berprofesi sebagai guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Manggar dan juga aktif sebagai penulis serta editor buku/ artikel di Kep. Bangka Belitung. Selain pernah mendapatkan penghargaan literasi dari Bupati Belitung Timur hingga Ketua DPRD Belitung Timur tahun 2020. Beberapa prestasi dan apresiasi yang pernah saya raih di tingkat regional dan nasional, yaitu: (1) Lulus seleksi dan dipilih sebagai Fasilitator Literasi Baca-Tulis Tk. Regional Sumatra oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud RI tahun 2019; (2) Terbaik/ Juara III Nasional Guru Dedikatif dan Inovatif Kemdikbud RI tahun 2020, sehingga diapresiasi pula menjadi Agen Penguatan Karakter (APK) oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbud RI tahun 2020; (3) Anugerah Pegiat Literasi “Parasamya Suratma Nugraha” oleh Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat tahun 2021; (4) Penghargaan ”10 Penulis Terbaik Kompetisi Opini Tingkat Nasional” oleh Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Mengidentifikasi Kekuatan Aset Sekolah (Sebuah Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak)

7 Mei 2023   21:45 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:19 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kolaborasi Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak Ak. 7 Beltim/Dokpri

Setelah liburan sekitar 2 pekan, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei 2023), kami masuk kembali ke kelas maya Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Namun alhamdulillah, sebelum jadwal ini  berlangsung, kami sesama peserta PGP sempat bersilaturahmi/ berlebaran pada masa liburan kali ini. Sungguh momen yang indah kala itu.

Kali ini kami mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, dan tak terasa ini modul ini menandakan akhir perjalanan PGP sudah terlihat. Karena modul terakhir adalah modul 3.3. Alhamdulillah. Dalam mempelajari modul ini, kami Calon Guru Penggerak (CGP) konsisten menggunakan alur MERDEKA dalam pembelajarnnya. Alur ini terdiri dari: 1) Mulai dari Diri; 2) Eksplorasi Konsep; 3) Ruang Kolaborasi; 4) Demonstrasi Kontekstual; 5) Elaborasi Pemahaman; 6) Koneksi Antar Materi; dan 7) Aksi Nyata. Namun, cerita di jurnal ini hanya sampai 4) Ruang Kolaborasi. Karena jadwal tahap-tahap selanjutnya setelah jadwal penulisan jurnal ini dibuat.

Model refleksi yang dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009) dan diberi nama Description, Examination, and Articulation of Learning atau disingkat DEAL ini menjadi model yang saya tuliskan di jurnal ini. Dalam model ini, Description memiliki refleksi pengalaman 5WIH (what, when, where, why, who and how). Lalu, bagian Examination memiliki arti sebagai analisis pengalaman dengan membandingkannya terhadap tujuan/ rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pada fase Articulation of Learning, tahap ini menjelaskan hal-hal yang dipelajari dan rancangan untuk perbaikan di masa mendatang.

DESCRIPTION

Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut: 1) Menganalisis aset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien; 2) Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolahnya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development); 3) Menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.

Mengapa modul 3.2 ini memiliki tujuan-tujuan detail? Hal ini dilakukan agar didapatkan kompetensi lulusan (CGP) yang bisa melakukan pendampingan kepada seluruh komunitas sekolah untuk dapat menggunakan pendekatan reflektif dan iteratif dalam mengelola program dan sumber daya sekolah. Selanjutnya, CGP juga diharapkan bisa merencanakan, menginisiasi dan mengorganisasi kerangka program pengembangan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid berbasis data dan bukti. Selain itu, CGP juga mampu memfasilitasi pelibatan orang tua/ wali murid dan masyarakat dalam pengembangan sekolah untuk peningkatan kualitas belajar murid.

Untuk mencapai tujuan-tujuan dan kompetensi lulusan CGP tersebut, dibuatlah alur pembelajaran MERDEKA. Alur pembelajaran ini didesain oleh Kemdikbud-Ristek RI sebagai cara bagaimana agar pendidik yang mengikuti program ini bisa menjadi pemimpin yang bisa tepat mengelola sumber daya yang ada di sekolah dan di sekitarnya. Alur ini terdiri dari: 1) Mulai dari Diri; 2) Eksplorasi Konsep; 3) Ruang Kolaborasi; 4) Demonstrasi Kontekstual; 5) Elaborasi Pemahaman; 6) Koneksi Antar Materi; dan 7) Aksi Nyata.

Dalam pendalaman materi ini, selain CGP, ada keterlibatan Fasilitator, yaitu Ibu Guslaini, selama pembelajaran berlangsung (2 s.d 5 Mei 2023) di semua alur. Saat ini pada alur Ruang Kolaborasi. Selanjutnya, ada pula keterlibatan Pengajar Praktik/ PP, yaitu Ibu Sri Mulyani saat Ruang Kolaborasi tersebut berlangsung.

Ruang Kolaborasi Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak Ak. 7 Beltim/Dokpri
Ruang Kolaborasi Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak Ak. 7 Beltim/Dokpri

EXAMINATION

Pada pembelajaran modul 3.2, kami mempelajari materi, bercerita pengalaman di sekolah, dan menganalisis pengalaman-pengalaman antar sesama CGP, yaitu pada alur Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep.

Selanjutnya, CGP melaksanakan Ruang Kolaborasi. Pada tahap ini, kami mengidentifikasi berbagai sumber daya di daerah untuk sekolah dan strategi pemanfaatannya secara efektif. Dalam kelompok saya, yang terdiri dari saya, Ibu Lusiana (SD Negeri 5 Damar) dan Giovani Aldia (TK Baptist Manggar) melakukan kolaborasi dan berhasil mengidentifikasi serta menetapkan aset atau modal-modal yang terdapat pada lingkup internal dan eksternal sekolah. Penemuan-penemuan ini sesuai dengan apa yang diharapkan tujuan pembelajaran khusus pada alur Ruang Kolaborasi ini.

ARTICULATION OF LEARNING

Materi modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pemanfaatan Sumber Daya ini mempertegas dan memperdalam dari apa yang telah saya pelajari serta terima dari pengalam hidup saya sebagai guru. Materi-materi pertama adalah sekolah sebagai ekosistem. Sebagai sebuah ekosistem, sekolah ialah sebuah wujud interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup), murid, kepala sekolah, guru, staf/ tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, hingga pemerintah daerah. Selanjutnya, ada unsur abiotik (yang tidak hidup), yaitu keuangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam. Kedua unsur ini saling terhubung  satu dengan lainnya, sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Selain itu, ada pula materi pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit-based approach), yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian kepada yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kemudian, ada pendekatan berbasis aset (asset-based approach), yakni pendekatan yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan kekuatan ini adalah langkah menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, yang mana kita memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Tidak hanya itu, ada pula materi Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). PKBA ialah suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, yang merupakan pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat.

Pendekatan PKBA melihat komunitas sebagai sekolah yang merupakan pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan hanya sekadar penerima bantuan. Pendekatan PKBA ini menitikberatkan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang vital ini menurut Kretzman (2010) adalah cara untuk menciptakan warga yang produktif.

Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut: 1) Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat; 2) Menumbuhkan komitmen terhadap tempat; 3) Membangun koneksi dan kolaborasi; 4) Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada; 5) Membentuk masa depannya; 6) Bertindak dengan obsesi ide dan peluang; 7) Merangkul perubahan dan bertanggung jawab; 8) Menghasilkan kepemimpinan.

Green dan Haines (2016) memetakan ada 7 aset utama agar dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. Modal-modal ini yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan/ alam, dan modal finansial.

Akhirnya, tak lengkap tanpa rasa ucap syukur dan terima kasih saya kepada Ibu Guslaini selaku Fasilitator, Ibu Sri Mulyani selaku Pengajar Praktik, dan rekan-rekan CGP7 Kab. Belitung Timur yang sudah menjadi komunitas belajar bersama. Dalam penerapanan modul 3.2 ini, saya akan memanfaatkannya sebagai bahan dan dasar dalam memetakan aset-aset yang bisa saya temukan dan kembangkan. Termasuk pula dalam merubah pola pikir saya bahwa sekolah adalah wadah yang bisa dijadikan komunitas yang patut untuk dioptimalkan kekuatan-kekuatan di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun