Mohon tunggu...
Ares Faujian
Ares Faujian Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Manggar Prov. Kep. Bangka Belitung

Saya berprofesi sebagai guru Sosiologi di SMA Negeri 1 Manggar dan juga aktif sebagai penulis serta editor buku/ artikel di Kep. Bangka Belitung. Selain pernah mendapatkan penghargaan literasi dari Bupati Belitung Timur hingga Ketua DPRD Belitung Timur tahun 2020. Beberapa prestasi dan apresiasi yang pernah saya raih di tingkat regional dan nasional, yaitu: (1) Lulus seleksi dan dipilih sebagai Fasilitator Literasi Baca-Tulis Tk. Regional Sumatra oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud RI tahun 2019; (2) Terbaik/ Juara III Nasional Guru Dedikatif dan Inovatif Kemdikbud RI tahun 2020, sehingga diapresiasi pula menjadi Agen Penguatan Karakter (APK) oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbud RI tahun 2020; (3) Anugerah Pegiat Literasi “Parasamya Suratma Nugraha” oleh Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat tahun 2021; (4) Penghargaan ”10 Penulis Terbaik Kompetisi Opini Tingkat Nasional” oleh Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Mengidentifikasi Kekuatan Aset Sekolah (Sebuah Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak)

7 Mei 2023   21:45 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:19 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Materi modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pemanfaatan Sumber Daya ini mempertegas dan memperdalam dari apa yang telah saya pelajari serta terima dari pengalam hidup saya sebagai guru. Materi-materi pertama adalah sekolah sebagai ekosistem. Sebagai sebuah ekosistem, sekolah ialah sebuah wujud interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup), murid, kepala sekolah, guru, staf/ tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, hingga pemerintah daerah. Selanjutnya, ada unsur abiotik (yang tidak hidup), yaitu keuangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam. Kedua unsur ini saling terhubung  satu dengan lainnya, sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Selain itu, ada pula materi pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit-based approach), yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian kepada yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kemudian, ada pendekatan berbasis aset (asset-based approach), yakni pendekatan yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan kekuatan ini adalah langkah menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, yang mana kita memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Tidak hanya itu, ada pula materi Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). PKBA ialah suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, yang merupakan pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat.

Pendekatan PKBA melihat komunitas sebagai sekolah yang merupakan pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan hanya sekadar penerima bantuan. Pendekatan PKBA ini menitikberatkan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang vital ini menurut Kretzman (2010) adalah cara untuk menciptakan warga yang produktif.

Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut: 1) Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat; 2) Menumbuhkan komitmen terhadap tempat; 3) Membangun koneksi dan kolaborasi; 4) Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada; 5) Membentuk masa depannya; 6) Bertindak dengan obsesi ide dan peluang; 7) Merangkul perubahan dan bertanggung jawab; 8) Menghasilkan kepemimpinan.

Green dan Haines (2016) memetakan ada 7 aset utama agar dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. Modal-modal ini yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan/ alam, dan modal finansial.

Akhirnya, tak lengkap tanpa rasa ucap syukur dan terima kasih saya kepada Ibu Guslaini selaku Fasilitator, Ibu Sri Mulyani selaku Pengajar Praktik, dan rekan-rekan CGP7 Kab. Belitung Timur yang sudah menjadi komunitas belajar bersama. Dalam penerapanan modul 3.2 ini, saya akan memanfaatkannya sebagai bahan dan dasar dalam memetakan aset-aset yang bisa saya temukan dan kembangkan. Termasuk pula dalam merubah pola pikir saya bahwa sekolah adalah wadah yang bisa dijadikan komunitas yang patut untuk dioptimalkan kekuatan-kekuatan di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun