Materi "Coaching untuk Supervisi Akademik" ini menjadi warna pendukung bagi saya dalam tambahan praktik pengalaman pembelajaran. Karena untuk menjadi guru yang menggerakkan orang lain, manajemen konflik bisa dilakukan melalui praktik coaching ini, baik itu kepada rekan sejawat maupun peserta didik.
Dalam mempelajari modul terakhir di modul 2 ini, kami Calon Guru Penggerak tetap menggunakan alur MERDEKA dalam pembelajarannya. Alur ini terdiri dari: 1) Mulai dari Diri; 2) Eksplorasi Konsep; 3) Ruang Kolaborasi; 4) Demonstrasi Kontekstual; 5) Elaborasi Pemahaman; 6) Koneksi Antar Materi; dan 7) Aksi Nyata.
Pada alur MERDEKA ini, pembelajaran modul 2.3 lebih banyak melakukan praktik coaching. Pembelajaran ini sudah dimulai pada saat sesi Ruang Kolaborasi, dilanjutkan pada sesi Demonstrasi Kontekstual dan terakhir pada alur Aksi Nyata. Untuk merekam aktivitas pada modul ini, saya kembali menuliskan pengalaman pembelajaran saya melalui jurnal dwi mingguan. Hal ini dilakukan agar bisa diperoleh refleksi dan arsip literasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan.
Pada jurnal ini, saya kembali memakai model yang dikembangkan oleh Driscoll dan Teh (2001). Model ini dikenal dengan nama "WHAT?". Yuk, ikuti perjalanan saya melalui jelajah literasi via tulisan ini. Salam Guru Penggerak!
WHAT? (DESKRIPSI PERISTIWA)
Dalam pembelajaran modul 2.3 tentang Supervisi Akademik, modul ini memberikan pembelajaran tentang praktik coaching yang diperuntukkan dalam supervisi akademik. Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi diri seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Praktik coaching ini lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.
Praktik coaching ini utamanya diperuntukkan untuk supervisi akademik. Supervisi akademik diartikan sebagai upaya kontrol mutu pendidikan melalui pengawasan, monitoring, hingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah dan atau guru kepada rekan sejawat dan murid. Roda supervisi akademik ini digambarkan melalui rencana pengembangan diri, proses pembelajaran, dan refleksi, yang mana hal dilakukan dengan tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui peningkatan kompetensi pendidik.
Pembelajaran tentang Coaching untuk Supervisi Akademik ini diawali pada alur Mulai dari Diri. Alur ini dilaksanakan pada Kamis, 9 Maret 2023. Selanjutnya, rangkaian alur dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep (Jumat-Rabu, 10-15 Maret 2023). Kemudian ada diskusi virtual pada alur Ruang Kolaborasi (Kamis-Jumat, 16-17 Maret 2023), melaksanakan praktik coaching sesama rekan CGP di Demosntrasi Konstekstual (Senin-Selasa, 20-21 Maret 2023), dan melakukan Elaborasi Pemahaman dan Koneksi Antar Materi (Kamis-Jumat, 23-24 Maret 2023).
Pembelajaran modul 2.3 ini diakhiri dengan pelaksanaan Aksi Nyata (27-30 Maret 2023). Untuk puncaknya, keseluruhan materi modul 2 ini dites melalui pretest modul 2 yang dilaksanakan pada Selasa, 28 Maret 2023.
Dalam rangkaian alur MERDEKA pada pembelajaran modul 2 ini, terdapat pula Pendampingan Individu 3 bersama Ibu Sri Mulyani (Pengajar Praktik) yang dilaksanakan pada Rabu, 8 Maret 2023 di SMA Negeri 1 Manggar. Dalam PI 3 ini, pembelajaran yang dibahas yaitu tentang hasil Lokakarya 2 (Visi Guru Penggerak dan tahapan BAGJA), Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), dan membahas hal-hal penting lainnya.
Selain itu, dalam proses di alur MERDEKA ini terdapat pula Lokakarya 3 yang dilaksanakan pada Sabtu, 11 Maret 2023 di SMA Negeri 1 Manggar. Lokakarya 3 ini membahas pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan murid (pembelajaran berdiferensiasi) dan PSE bersama Pengajar Praktik dan rekan CGP.
SO WHAT? (ANALISIS PERISTIWA)
Materi Coaching untuk Supervisi Akademik menjadi materi yang penting bagi saya. Materi ini mengajarkan cara memanajemen organisasi melalui peran sebagai supervisor atau pengawas dalam pengendalian mutu pendidikan, baik itu secara akademik maupun harmonisasi iklim sekolah yang sehat secara sosial dan emosional. Coaching merupakan salah satu cara yang memberdayakan guru dan murid untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri melalui eksistensi peran coach.
Pada fase Mulai dari Diri di alur MERDEKA, CGP merefleksikan pengalaman dan perasaan saat disupervisi oleh pimpinan, merefleksikan pengalaman mensupervisi rekan sejawat (jika pernah), dan merefleksikan makna supervisi bagi pengembangan profesi sebagai seorang pendidik. Pada Eksplorasi Konsep, CGP belajar tentang konsep coaching secara umum dan coaching dalam konteks pendidikan, belajar tentang paradigma berpikir dan prinsip coaching, belajar terkait kompetensi inti coaching dan TIRTA (Tujuan umum, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab) sebagai alur percakapan coaching, serta belajar perihal supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.
Dalam alur Ruang Kolaborasi, saya melakukan latihan praktik coaching bersama rekan CGP, diperkuat dengan praktik yang sama di alur Demonstrasi Kontekstual. Pada alur Elaborasi Pemahaman, tahap ini merupakan diskusi untuk mengonfirmasi hal-hal yang masih dianggap kurang dimengerti oleh para CGP. Dalam tahap ini dihadirkan instruktur nasional sebagai narasumber berpengalaman.
Setelah fase Elaborasi Pemahaman, CGP melakukan Koneki Antar Materi. Fase ini ialah fase menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi coaching dengan materi-materi sebelumnya dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2.3 dalam berbagai media.
Untuk praktik coaching di modul 2.3 ini, pendalamannya ada pada fase Aksi Nyatanya bersama rekan sejawat di sekolah. Alur ini merupakan tahapan mempraktikkan rangkaian supervisi akademik dengan menggunakan paradigma berpikir coaching, serta melakukan refleksi terhadap praktik supervisi akademik tersebut. Dalam pelaksanaannya, tahap ini didokumentasikan (rekam) dan dijadikan arsip video di Youtube dan Platform Merdeka Mengajar.
NOW WHAT? (TINDAK LANJUT)
Dalam realita sosial, sekolah yang begitu berprestasi ataupun yang memiliki guru-guru berkualitas, sebenarnya tidak semua hal indah-indah tersebut manis seperti yang tercitrakan di media massa atau media sosial. Banyak hal-hal teknis dan non teknis menjadi bumbu-bumbu pedas, pedar, bahkan pahit dalam proses pendidikan di sekolah. Maka dari itu, setelah mempelajari materi coaching ini, saya berharap bisa menggunakan ilmu ini bukan untuk supervisi akademik saja. Namun, ihwal ini bisa diimplementasikan ketika berada pada PSE di sekolah dan juga masyarakat. Tentunya hal ini bukan untuk kalangan murid semata, namun untuk para pendidik yang merupakan akar pendidikan di sekolah.
Akhirnya, saya berterima kasih kepada Ibu Guslaini selaku Fasilitator, Ibu Sri Mulyani selaku Pengajar Praktik, dan rekan-rekan CGP7 Kab. Belitung Timur yang sudah berkolaborasi dalam pembelajaran coaching ini. Dalam penerapanan praktik coaching ini, saya akan melakukannya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah. Hal ini bisa terkait supervisi akademik, PSE, dan tentunya untuk menjaga stabilitas proses pendidikan di sekolah agar diperoleh mutu pendidikan yang bertahap progres. Tidak menutup pula praktik penyelenggaraan pendidikan ini bisa diterapkan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H