Mohon tunggu...
Thomas Satriya
Thomas Satriya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang mengetik ...

Mari belajar bersama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maaf, Bukan Puisi Indah

19 Maret 2019   23:56 Diperbarui: 20 Maret 2019   00:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risalah

Sidang BPUPKI dan

 PPKI, Sidang ketiga halaman

 lima ratus, dua puluh Agustus seribu sembilan

 ratus, empat puluh lima untuk  jaminkan keamanan

 bersama rakyat, yang kepala jalankan kerja suka

rela, untuk bela negara tetap

Merdeka

Tujuh belas oktober,

Seribu sembilan ratus lima puluh

Dua, itu moncong meriam cium istana dengan

Amarah, lalu urung ketika Bung Besar berujar kata "Saya

tak mau jadi diktator"

Ah, andai peluru tajam dan karet dapat

Mantul, maka ibu-ibu itu tak harus berdiri berpayung

Hitam, di kamis sepanjang hari tuk ajukan

Bukti, dwi fungsi bukan

Halusinasi dan waspada jangan

Disalahpahami

Surabaya, 19 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun