[caption id="attachment_301292" align="alignleft" width="500" caption="Saweran bagi mereka yang sudi ikut kampanye. Sumber: rri.co.id"][/caption]
Salah satu petani penggarap lima hari lalu minta ijin tidak mencari rumput untuk ternak kami, dengan alasan akan ikut kampanye sebuah parpol di lapangan kecamatan. Sulit bagiku untuk menolak atau tak memberi ijin, karena kapan lagi memberi kesempatan untuk menunjukkan kecintaannya pada negeri inidengan yang disebut pesta demokrasi. Apalagi dia diberi uang bensin sebesar 50 ribu rupiah, sebuah kaos dengan gambar seorang calon legislatif, bendera, dan sebungkus nasi untuk makan siang.
[caption id="attachment_301277" align="alignleft" width="180" caption="Sumber: indodetik.com"]
Jam sepuluh serombongan sepeda motor peserta kampanye lewat di depan rumah sambil membunyikan klakson dan membreyermesin dengan suara yang cukup mengganggu telinga. Sedangkan yang dibonceng mengibas-ibaskan bendera parpol yang suatu saat bisa saja memukul peserta lain atau pengendara lainnya. Di belakangnya sebuah jeep terbuka membawa seorang calon legislatif yang didampingi seorang penyanyi dangdut lokal. Lalu diikuti serombongan kesenian jaran kepang. Mereka tampak begitu antusias.
[caption id="attachment_301279" align="alignleft" width="280" caption="Sumber: www.gobekasi.com"]
[caption id="attachment_301280" align="alignleft" width="280" caption="Sumber: statik.tempo.co"]
Jam tiga sore, 5 orang yang ikut kampanye sudah kembali dan berkumpul di rumah kami. Mereka tampak kelelahan, kehausan, dan kelaparan. Tentu saja kami tak tega dan wajib memberi makan dan minum. Apa yang mereka peroleh setelah ikut kampanye? Dari hasil yang saya dengarkan tentu cukup mengagetkan, ternyata mereka menyesal, karena :
- Jaran kepang dan bantengan yang mereka tampilkan tidak ada yang menonton karena yang hadir lebih senang menonton dan ikut joged dangdutan.
- Nasi bungkus yang disajikan mulai basi karena tertutup rapat dan terbakar sinar matahari. Lauknya pun lebih nikmat dari yang kami berikan saat bekerja.
- Minuman dan kue yang diberikan jumlahnya kurang karena jadi rebutan para simpatisan atau mereka yang ikut nonton dan berjoged.
- Jarak tempuh keliling kampanye lebih jauh dari yang direncanakan sehingga pengeluaran BBM lebih besar. Apalagi ‘diminta' meraung-raungkan mesinnya.
- Ketika panas matahari menyengat di lapangan mereka harus berebut berteduh di bawah pohon sedang para pengurus partai dan calon legislatif duduk di kursi di bawah tenda sambil nggedabrus dengan artis.
Selesai makan siang, saya mulai berkotbah pada mereka tak ada untungnya bahkan rugi secara materi bila ikut kampanye dengan mengatakan:
[caption id="attachment_301275" align="alignleft" width="280" caption="Gak ada yang nonton ya ngeyub....."]
- Mendapat uang bensin 50 ribu, tapi harus mengeluarkan BBM sebesar 20 ribu. Sisa tinggal 30 ribu. Tidak termasuk beaya akibat ausnya dan rusaknya sepeda motor walaupun sekarang belum tampak akibat pemakaian tidak normal.
- Karena kehabisan minuman, maka harus membeli es atau air minum kemasan sebesar 5 ribu. Sisa tinggal 25 ribu. Belum lagi uang rokok jika tidak diberi rokok.
- Kaos yang diberikan bukanlah kaos bermutu, sebab 3 kali cuci akan menjadi lap.
[caption id="attachment_301282" align="alignleft" width="400" caption="Sumber: antara.com"]
[caption id="attachment_301283" align="alignleft" width="350" caption="Sumber: viva.co.id"]
- Maka bila dibandingkan tetap bekerja ( sekalipun sebagai buruh ) masih bisa mendapat honor di atas uang bensin ikut kampanye. Rata-rata buruh di pedesaan mendapat honor sebesar antara 65 - hingga 75 ribu perhari. Pencari rumput pakan ternak bisa mendapatkan 100ribu per pikul. Serta mendapat konsumsi untuk makan siang lebih banyak. Malah kadang diberi rokok gratis sekalipun hanya 3 atau 4 batang. Maka uang honor tak akan berkurang. Itu pun belum termasuk keuntungan lain, misalnya bagi pencari rumput atau pencari kayu bakar akan menemukan pisang liar atau tanaman liar yang dapat digunakan untuk sayur.
- Seandainya mengalami musibah sekalipun kecelakaan kecil, belum tentu parpol atau panitia menanggung beaya perawatan.
Mendengar pituturku mereka manggut-manggut sambil mengusap keringat di wajah dan dada mereka dengan kaos bergambar wanita cantik calon legislatif. Kerja yuk.....buat apa ikut kampanye!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H