Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mahalnya Pesta Perkawinan di Desa

23 November 2024   20:23 Diperbarui: 25 November 2024   17:42 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini berdasarkan pengalaman penulis beberapa kali menjadi saksi sakramen perkawinan, memimpin upacara midodareni, lamaran, memilih hari perkawinan, serta panitia pesta perkawinan di desa.

Terutama di Ranu Pani desa paling barat Lumajang di lereng Semeru, Ngadas desa paling timur Kabupaten Malang, Wedi di Klaten, Baturetno Wonogiri, Karang Jati Gombong, Curah Jati Banyuwangi, dan Cemorokandang desa paling timur kota Malang.

Suasana pesta perkawinan di Desa Ngadas, Bromo | Dokpri 
Suasana pesta perkawinan di Desa Ngadas, Bromo | Dokpri 
Pada dasarnya ritual mulai menanyakan sudah ada yang memiliki, lamaran dan memilih hari perkawinan, serta Midodareni berdasarkan tradisi di tempat tersebut tidak jauh berbeda.

Hanya saja untuk menu makanan yang disajikan ada perbedaan, misalnya di wilayah Banyuwangi bagian selatan menu yang disajikan sesuai kesepakatan tidak tertulis lebih sering menyajikan rawon. Untuk kue yang disajikan tidak lebih dari tiga macam kue tradisional.

Demikian juga di wilayah Baturetno, Wonogiri dan Gombong, Kebumen hampir mirip bukan rawon tapi soto.

Masyarakat Suku Tengger dalam pesta perkawinan. | Dokpri 
Masyarakat Suku Tengger dalam pesta perkawinan. | Dokpri 

Di Malang, Surabaya, dan Lumajang terutama wilayah perkotaan lebih bebas dalam arti sesuai keinginan tuan rumah. Biasanya banyak menu yang disajikan mulai masakan tradisional Jawa, Chinese Food sederhana, bahkan masakan Eropa.

Hal yang cukup unik justru di pelosok sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru lebih banyak menyajikan menu Chinese Food. Alasannya masakan tradisional Jawa sudah bosan.

Apalagi yang mengadakan keluarga aparat desa atau petani dan pedagang sukses.

Ini di Desa Ngadas ketinggian 2200 MDPL. | Dokumen pribadi 
Ini di Desa Ngadas ketinggian 2200 MDPL. | Dokumen pribadi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun