Menemukan cerpen dengan latar belakang kehidupan adat istiadat tradisional bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi, para penulisnya terutama pengarang cerita masa kini lebih banyak terpengaruh kehidupan kontemporer zaman sekarang.
Merupakan sesuatu yang cukup luar biasa menemukan kumpulan cerpen dengan kisah-kisah ringan dengan latar belakang kehidupan masyarakat tradisional.
Itulah yang saya dapat dari Separuh Purnama sebuah Kumpulan Cerita Pendek karya Mbak Tamita.
Mbak Tamita yang dikenal sebagai seorang blogger yang kini sedang menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana Kajian Budaya Universitas Udayana, Bali juga dikenal banyak menulis di Kompasiana.
Hal yang sangat menarik dari Kumpulan Cerita Pendek - Separuh Purnama bukan hanya latar belakang adat istiadat dan kehidupan masyarakat terutama dalam tokoh cerita tetapi juga pencantuman arti bahasa dan istilah dari bahasa daerah setempat. Misalnya dalam Danyang Brancang.Â
Sebuah cerita pendek kehidupan dengan latar belakang masyarakat sekitar Gunung Lawu antara Madiun dan Magetan.
0 0 0
Kisah seorang gadis putri seorang perempuan lansia penjual Gethuk di Pasar Beringharjo, Yogyakarta sangat menggelitik untuk dipahami bagaimana takdir Sang Maha Kuasa berbicara  atas hidup sang tokoh pada cerita pendek ini.
Tamita sebagai seorang blogger dan Kompasianer sudah beberapa kali menelorkan karya di antaranya Pelangi Perempuan Negeri, Tamu Tak Diundang, dan Reportase Ransel Koper.Â
Pengalaman dalam merengkuh kehidupan dan pendidikan membuat Kumpulan Cerpen Separuh Purnama sebuah buku yang layak untuk dibaca.
Tak ada gading yang tak retak demikian juga buku ini ada yang sedikit terlepas sekalipun tidak mengganggu inti bacaan adalah perlunya kejelian editor pada beberapa kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H