Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Cantik Penjual Es Degan di Hutan Jati Caruban

16 Agustus 2024   12:00 Diperbarui: 16 Agustus 2024   16:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layangan di hutan. | Dokumen pribadi 

Perjalanan panjang siang hari dari Malang untuk menjemput istrinya di Bantul sungguh melelahkan. 

Di tepi hutan jati di Caruban, Parto pun istirahat di sebuah warung kecil penjual minuman-makanan ringan, dan cinderamata layangan.

Sambil menyeruput es degan, Parto memperhatikan dua buah layangan bergambar Kuntilanak dan burung hantu. 

"Apa ada yang beli layangan seperti ini, Mbak?" tanya Parto pada penjual es degan  yang juga menjual layangan tersebut.

"Ya ada saja untuk kenangan," jawab si penjual agak cuek.

"Sayang sekali Kuntilanaknya  berderai air mata darah. Coba kalau tersenyum tentu lebih menarik."

"Menarik seperti aku ya, Mas..." jawab Si Mbak sambil menoleh dan tersenyum ke arah Parto.

"Ha... ha... ha... iya..." sahut Parto sambil meneruskan seruputan es degan.

Tetiba Parto terkesiap membayangkan wajah Si Mbak mirip wajah perempuan yang tergambar di layangan hanya saja rambut panjangnya digelung dan daster yang dikenakan motif polkadot.

Layangan di hutan. | Dokumen pribadi 
Layangan di hutan. | Dokumen pribadi 

Dengan perlahan Parto menoleh ke arah Si Mbak tersebut. Ternyata sudah tidak ada lagi selain seorang perempuan tua yang duduk sambil mengupas bawang merah.

"Hla... Mbaknya kemana Bu?"

"Ganti baju mau pulang ke Karangjati. Mau ngantar?"

Belum sempat Parto menjawab, tetiba matanya dikejutkan Si Mbak keluar dari warung sambil berjalan pelan. 

Kini ia mengenakan celana bluejean ketat model pensil, kemeja putih, serta rambut terurai. Dalam benak Parto penampilan Si Mbak bagaikan bintang film Sharon Stone dalam film western The Quick and The Dead.

0 0 0

"Kalo Mas ke arah Solo lewat Sarangan saya mau nunut." Kata Si Mbak spontan.

"Boleh... boleh...," jawab Parto sumringah.

"Berapa Bu?" Kata Parto sambil mengeluarkan dompet untuk membayar es degan.

"Ah ga usah. Ganti ongkos ngantar."

"Dagang ya dagang Bu jangan ada yang gratis." Desak Parto sambil memberikan selembar dua puluh ribuan.

0 0 0

Perjalanan dari Caruban ke Sarangan melewati Karangjati sebenarnya hanya sekitar setengah jam. 

Tapi kali ini Parto berjalan pelan dan hati-hati kuatir kecelakaan sekali pun jalurnya cukup sepi. Hanya saja jalannya bergelombang apalagi membonceng perempuan cantik.

Sekali waktu agak ngebut bila jalannya halus.

"Jangan banter-banter Mas, aku dan suamiku jatuh di sini dan dihantam truk" kata Si Mbak sambil memegang pundak Parto.

"Oh iya ta?" Kata Parto sedikit kaget sambil memandang spion motor untuk melihat wajah Si Mbak yang ternyata tertutup kaca helm.

0 0 0

Tepat tengah hari sampailah di sebuah permukiman sepi di tepi hutan jati tempat yang ditunjuk Si Mbak.

"Terimakasih ya Mas,  mampir dulu sejenak saya tunggu di sana," kata Si Mbak sambil menyerahkan helm dan menunjuk ke arah pojokan.

"Okey ...," kata Parto

Selesai memarkir motornya, Parto berniat mengikuti Si Mbak untuk sekedar mampir.

Matanya terus mengikuti arah langkah gemulai Sharon Stone di setapak perkampungan koboi.

Baru lima langkah menuruni berem pembatas jalan dan hutan yang sepi tetiba Parto terbelalak. 

Rumah-rumah kecil yang dikira permukiman penduduk ternyata kuncup-kuncup pekuburan lawas.

0 0 0

Jumat Kliwon, 16 Agustus 2024

Tepus, Gunung Kidul 

Catatan:

Kuncup: gubuk kecil yang mengayomi sebuah kuburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun