Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Lawas Model Kolonial

31 Mei 2024   15:22 Diperbarui: 31 Mei 2024   15:54 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah rumah lawas gaya kolonial menjadi kafe. | Dokumen pribadi 

First date haruslah berkesan positif dan menjadi kenangan indah. Tempat romantis tentu pilihan yang menarik.

Pada masa kini banyak pilihan tempat terbuka seperti kafe di lereng bukit dan pinggir sawah atau tempat agak tertutup seperti resto atau kafe di perkotaan.

Salah satu sudut kafe terbuka di lereng bukit. | Dokumen pribadi 
Salah satu sudut kafe terbuka di lereng bukit. | Dokumen pribadi 

Kafe terbuka kini sedang ngetren dan menjamur di sepanjang jalan antar kota. Misalnya sepanjang jalan lintas selatan antara Blitar hingga Bantul. Dan juga dari Nanggulan, Kulon Progo hingga Gunung Menoreh sekitar Magelang. 

Salah satu sudut ruangannya. | Dokumen pribadi 
Salah satu sudut ruangannya. | Dokumen pribadi 

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 
Saking banyaknya dan ketatnya persaingan banyak juga yang rontok.

Di wilayah perkotaan terutama kota besar kini muncul tren baru kafe dan resto di rumah lawas atau bangunan kolonial dengan perabot lawas juga.

Kafe seperti ini menyasar kaum muda kelas menengah dengan pelayanan prima. Tentu saja harga makanan dan minuman dua atau tiga kali lebih mahal dengan menu yang hampir sama. 

Pelayanan prima bukan cara menghantar pesanan tetapi juga tempat dengan suasana syahdu dan romantis.

Satu ruangan biasanya hanya berisi satu meja dengan empat kursi. Itu pun dengan reservasi terlebih dulu. 

Bagian selasar luar. | Dokumen pribadi 
Bagian selasar luar. | Dokumen pribadi 

Salah satu menu pilihan. | Dokumen pribadi 
Salah satu menu pilihan. | Dokumen pribadi 

Bila tanpa reservasi bisa duduk-duduk di beranda atau halaman kafe tersebut.

Pilihan terbaik tentu saja berdasarkan kesepakatan berdua dan isi dompet atau e-walet. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun