Setelah 3 - 4 jam bersepeda menyusuri jalanan Yogyakarta rasa haus dan lapar selalu menggoda perut  untuk segera diisi.
Selain nasi kucing banyak menu pilihan lain di sepanjang jalan K5 di Yogya, mulai lotek, soto seger, dan lontong tahu.Â
Pilihan saya lebih pada soto seger karena banyak kuahnya.
Jika ingin banyak sayur pilihan jatuh pada lotek.
Hal yang sangat menarik pada makanan di K5 di Yogya adalah harganya yang sangat murah. Satu mangkok soto seger seharga hanya 5 ribu dan paling mahal 7 ribu rupiah. Padahal ada setengah potong telur ayam rebus. Sedang lotek seharga 7 - 9 ribu rupiah saja.Â
Untuk minuman antara 3 - 4 ribu tergantung jenisnya.
Sebuah pertanyaan berapa keuntungan yang diperoleh?
Harga sebesar ini bukan hanya di tengah kota seperti di depan persimpangan Stasiun Tugu, Lapangan Kasihan, Taman Puspa Gading dan Goa Selarong.
Pepatah Jawa mengatakan 'rugi satak bathi sanak' yang artinya 'rugi harta tetapi mendapat keuntungan persaudaraan'.
Bagi para pedagang kecil seperti mereka berjualan bukan sekedar mencari keuntungan. Makanan dan minuman yang dijual juga sarana membangun persaudaraan sekalipun dalam sekejap dan juga untuk beramal.
Bagi pedagang di sepanjang JLS antara Kulon Progo dan Gunung Kidul lebih banyak melayani para petani kecil yang keuntungannya tidak terlalu besar.Â
Warung atau lapak kecil juga merupakan tempat istirahat bagi pelintas yang lewat JLS.
Inilah amal mereka untuk membangun persaudaraan.
Bagi pedagang di K5 di pinggir jalanan tengah kota bukan hanya melulu melayani para wisatawan tetapi juga sesama pedagang kecil, pengayuh becak, atau buruh yang ingin sekedar istirahat menghilangkan haus dan lapar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H