Tiga tahun yang lalu saya berniat menjual salah satu motor yang telah berumur tiga belas tahun. Berhubung harganya sangat jatuh lalu saya modifikasi bergaya motor klasik yang sedang tren. Sesuai anjuran mekanik dari bengkel resmi sebaiknya tidak mengubah mesin , kelistrikan, dan roda.
Sebagai young old yang menolak tua dan ingin bergaya, motor pun saya modifikasi dengan mengubah hampir separuh fisik motor mulai sadel, tangki BBM, lampu depan dan belakang serta sein. Stang stir, kabel gas, kopling, dan karburator.Â
Shockbreaker atau peredam kejut depan, rem, dan ukuran ban semua diganti. Hanya mesin dan kelistrikan yang tidak diubah.
Motor pun tampak unik dan manis tapi tidak begitu gagah. Selesai modifikasi, saya mencobanya untuk keliling pelosok Guwosari, Bantul sekitar tempat tinggal yang berupa perbukitan namun kondisi jalan aspal dan beton yang halus.
Hasilnya sungguh mengagetkan. Motor tidak bisa untuk berjalan lambat karena menggunakan karburator racing.Â
Jika menggunakan setengah tarikan kopling jalannya motor agak menyentak-nyentak. Apalagi ganti jenis dan ukuran ban yang lebih besar daripada yang standar.Demikian juga jenis shockbreaker depan yang lebih kenyal.
Bila kondisi jalan sedikit bergelombang saja bagai naik pedati dengan roda kayu berlapis baja. Atau seperti naik pesawat Hercules saat melewati langit dengan tekanan udara yang berbeda. Tentu saja membuat bahu, punggung, dan pinggang cepat lelah.
Niat memakai untuk touring keliling Jawa Tengah dan Barat pun batal. Digunakan keliling sepanjang Jalan Lintas Selatan Yogyakarta dari Gunung Kidul hingga Kulon Progo yang jalannya halus sangat melelahkan.
Motor modifikasi hanya pas untuk bergaya. Tak lebih.
Saat akan dijual pun harganya jauh di bawah dana yang dikeluarkan untuk modifikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H