Salah satu keunikan pasar-pasar tradisional di pelosok Jawa termasuk Yogyakarta adalah ada hari khusus sesuai hari pasaran untuk berjualan. Hari pasaran yang dimaksud adalah lima hari dalam pekan Jawa yakni legi, paing, pon, wage, kliwon.
Lima hari dalam satu pekan Jawa ini disebut sepasar.
Adat pertemuan para pedagang dan pembeli setiap sepasar ini maka tempatnya disebut pasar.
Ada pasar yang setiap pon, misalnya Pasar Jodog, Bantul Yogyakarta. Ada pula setiap Wage, misalnya Pasar Bantul.
Di luar pasaran, pasar tetap buka tetapi jumlah pedagang dan pembeli lebih banyak saat pasaran.
Setiap pasar pun punya kekhususan yang dijual saat pasaran.
Misalnya Pasar Jodog lebih banyak transaksi jual beli unggas, seperti ayam, bebek, mentok, angsa, dan aneka burung.
Atau Pasar Bantul lebih banyak transaksi jual beli sayur mayur, buah-buahan, dan palawija.
Namun demikian pedagang lainnya juga banyak yang berjualan.
Pada hari pasaran, jumlah pedagang melebihi kapasitas lapak yang tersedia dan mereka berjualan di depan, samping, bahkan di sekitar halaman rumah penduduk.
Para pedagang ini lebih banyak berasal dari daerah lain. Beda desa, kapenewon atau kecamatan, bahkan ada yang berasal dari Gunung Kidul dan Kulon Progo.
Tak heran banyak bedak kosong di dalam pasar.
Bedak atau lapak kosong ini lebih banyak dimiliki oleh spekulan daripada pedagang murni. Misalnya seperti yang terlihat di Pasar Jodog, Pasar Bantul, dan Pasar Pijenan.
Pedagang murni tradisional lebih senang berjualan di luar pasar karena setiap hari pasaran selalu pindah ke pasar lain.
Di hari pasaran, Pasar Jodog sekalipun mempunyai kekhususan berdagang unggas (Jawa: sato iwen) banyak juga yang berjualan buah-buah, makanan, dan jajanan tradisional. Termasuk juga penjual pakaian rumah sehari-hari, alat-alat pertanian, tembakau, tukang jahit sandal sepatu, dan barang antik.
Pasar tradisional yang buka atau ramai di hari pasaran tidak berlaku di tempat wisata seperti Pasar Beringharjo di Malioboro dan Pasar Ngasem di sekitar Tamansari, Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H