Siang itu mendung tipis menutupi langit di atas Pantai Bidara, Kulon Progo Yogyakarta yang tidak terlalu ramai pengunjung. Mendung kelabu seakan menggambarkan keadaan para pedagang kecil yang sepi pembeli dan nelayan yang tidak melaut.
Di ujung timur pantai ada beberapa perahu nelayan  yang sudah beberapa hari tidak melaut karena bukan musimnya.Â
Salah satu perahu nelayan diberi bendera Amerika. Mungkin ini sekedar guyonan.
Di bibir pantai depan perahu tersebut ada seorang nelayan yang sedang mencari sejenis kerang yang terjebak di bawah pasir.
Berbekal gancu model garpu ia mengais pasir yang mengeluarkan gelembung tanda ada kerang yang terjebak di bawah pasir setelah terbawa gelombang.
Sepanjang siang selama 2-3 jam ia menyusuri garis pantai yang terus disapu riak gelombang.Â
Ketika riak gelombang menepi membawa pasir, Â matanya terus mengamati adanya kerang yang ikut terbawa lalu terjebak dan terpendam dangkal.
Dalam sehari jika beruntung bisa mendapat 2 kg kerang yang dijual kepada pemancing untuk umpan memancing. Jika kurang beruntung hanya bisa mendapat 1 kg saja.Â
Harga perkg antara 9-12 ribu. Tergantung permintaan atau jumlah pemancing yang datang.
Mengapa mencari kerang saat siang hari?
Sebagai buruh nelayan yang tidak punya perahu hidupnya sangat tergantung pada pemilik atau juragan perahu. Jika pemilik perahu tidak melaut maka ia bekerja serabutan sebagai buruh pada pagi hingga siang hari.
Selepas bekerja sebagai buruh setengah hari ia pergi ke pantai untuk mencari kerang.Â
Maka ia selalu berharap setiap siang banyak pemancing yang datang.
Roda selalu berputar demikian juga kehidupan buruh nelayan yang mencari kerang ini. Tidak setiap siang mencari kerang karena tidak selalu ada pemancing yang datang.
Demikian juga tidak mungkin mencari saat pagi hari karena kerang tidak tahan lama hidup di wadah serta tidak bisa disimpan lama. Bila disimpan beberapa jam saja ikan yang diumpan tidak doyan.
Bukan lautan hanya kolam susu.
Kail jala cukup menghidupimu.
Tiada badai tiada topan kau temui.
Ikan dan udang menghampiri dirimu....
                     # Koes Plus
Sebait lagu Koes Plus ini cukup membius kita untuk menyintai negeri yang subur makmur ini.Â
Kenyataan banyak buruh nelayan yang hidup di garis kemiskinan. Seperti seorang buruh nelayan pencari kerang ini.