Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sampai Kapan Bangunan Masa Kolonial Belanda Bertahan?

8 Desember 2023   10:49 Diperbarui: 8 Desember 2023   16:11 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai kapan gedung dan rumah gaya kolonial Belanda bisa bertahan?

Pertanyaan ini sering terlontar di antara pemerhati sejarah gedung dan rumah kolonial saat berbincang-bincang. Bahkan orang awam yang sekedar tertarik akan gaya bangunannya yang cantik dan anggun juga bertanya tentang ini.
Saat sebuah komunitas berkumpul dan mencari info tentang bangunan kolonial di tempat penulis mengabdi, penulis berani mengatakan bahwa rumah dan gedung tak bersejarah tidak lebih dari 25 tahun akan hilang.

Kurang perawatan. | Dokpri 
Kurang perawatan. | Dokpri 

Tak dihuni | Dokpri
Tak dihuni | Dokpri

Tak dihuni lagi. Bekas milik Paultje Willems van Beverens administratur Suikerfabriek Soemberkareng atau Pabrik gula Sumberkareng Probolinggo. | Dokpr
Tak dihuni lagi. Bekas milik Paultje Willems van Beverens administratur Suikerfabriek Soemberkareng atau Pabrik gula Sumberkareng Probolinggo. | Dokpr

Alasan pertama bangunan telah lapuk termakan usia.
Lapuknya tembok karena rembesan air yang naik atau adanya kapilarisasi dari pondasi. Juga rembesan air hujan dari genteng yang tidak sepenuhnya mengalir jatuh tetapi merembes ke kerangka kuda-kuda yang terbuat dari melalui pori-pori genteng yang keropos termakan jaman.
Merenovasi total tentulah lebih banyak memakan waktu dan beaya.
Alasan kedua kebutuhan ruang yang minimalis saat ini sangat mendesak. Sedang tata ruang bangunan gaya kolonial terlalu banyak sekat.
Alasan ketiga tidak setiap bangunan gaya kolonial Belanda selalu mempunyai nilai sejarah perjuangan selain sejarah kepemilikan dari pejabat atau pengusaha kolonial lalu menjadi milik seorang warga biasa.
Bahkan ini juga terjadi pada gedung milik komunitas tertentu yang juga mempunyai sejarah panjang perjuangan.
Misalnya di Malang, Penjara Wanita dan SD Dianamin yang berada di pusat atau titik nol kota Malang.
Penjara Wanita dibongkar totak pada 1988 dan kini menjadi pusat pertokoan.
SD Dianamin yang 90% dinding gedungnya terbuat dari kayu besi, kini musnah dan menjadi milik serta menjadi tempat parkir Bank Indonesia cabang Malang.

Bertahan dan dirawat. | Dokpri
Bertahan dan dirawat. | Dokpri

Bertahan dan dirawat. | Dokpri
Bertahan dan dirawat. | Dokpri

Bertahan. | Dokpri
Bertahan. | Dokpri

Pada radius 2 km dari titik nol kota Malang atau sekitar 1 km tempat penulis menjadi tenaga pendidik, rumah-rumah lawas gaya kolonial Belanda sudah berubah wujud dengan bangunan model baru. Ada hotel bertingkat 5, kafe, kantor, dan komplek pertokoan. Hanya menyisakan tak lebih dari 30 rumah dan dua sekolah, yakni SDK & SMPK Kol. St. Yusup dan SMP Negeri III Malang. Khusus di depan sekolah yang tetap bertahan tinggal 5 rumah.

Mau dibongkar? | Dokpri 
Mau dibongkar? | Dokpri 

Renovasi dan menyisakan wajahnya. | Dokumen pribadi 
Renovasi dan menyisakan wajahnya. | Dokumen pribadi 

Sisa bagian belakang saja dan menjadi sebuah hotel. |  Dokpri 
Sisa bagian belakang saja dan menjadi sebuah hotel. |  Dokpri 

Salah satu penghuninya sempat ngobrol dengan penulis, mengatakan bahwa mempertahankannya  karena rumah ini mempunyai kenangan pribadi sejak lahir hingga mempunyai cicit.
Dari Beliau juga penulis mendapat cerita sejarah panjang dan foto-foto berdirinya sekolah Hwa Ind singkatan Tionghwa Indonesia yang kini menjadi SDK St Yusup II dan SMPK Kolese St Yusup I Malang. Beliau merupakan alumni SMA Hwa Ind tahun 1961-1962.
Untuk rumah-rumah lainnya yang tetap bertahan namun tidak dihuni lagi karena dianggap kurang sehat sebab lapuk dan lembab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun