Beras jagung atau nasi jagung hingga tahun 60an masih menjadi salah satu makanan pokok masyarakat kita. Orang desa khususnya masyarakat Jawa menyebut jagung sebagai gandum.Â
Pada saat itu beras masih cukup mahal karena daya beli masyarakat masih rendah.
Bertambahnya pendapatan masyarakat karena kemajuan ekonomi beras menggeser jagung dan ketela pohon sebagai makanan pokok. Jagung hanya menjadi penganan atau jajanan tradisional, seperti grontol, bledhus, dan jagung rebus.
Beberapa tahun terakhir, terutama di perdesaan wilayah Jawa Timur khususnya Malang, nasi jagung kembali menjadi populer. Kafe-kafe di pinggiran perdesaan tak mau kalah dengan warung-warung sederhana di pinggir sawah dan kali menyediakan menu nasi jagung.
Harganya bervariasi antara 6 - 7,5 ribu rupiah per piring. Tergantung lauk dan sayur yang disajikan.
Harga di kafe tentu lebih mahal 2-3 ribu rupiah.