Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemarau, Mata Air, dan Masyarakat Jawa Tradisional

14 November 2023   13:10 Diperbarui: 14 November 2023   13:14 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata air atau belik yang harus dijaga. | Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Di sinilah pentingnya setiap orang harus bisa hemat air mengingat masih banyak masyarakat yang belum terakses kebutuhan air bersih.

Sedikit menengok ke masa lalu, di mana menggali sumur tidak memungkinkan karena kondisi tanah masyarakat harus menuruni lembah untuk mengambil air.
Ketika musim kemarau harus turun lebih jauh lagi dengan membawa jun.
Jun bentuknya seperti tempayan atau gentong namun lebih ramping bukan gendut.
Jun ada yang terbuat dari tembikar atau terakota. Ada juga yang terbuat dari buah maja yang dikeringkan.
Mengingat sangat berharganya air bagi kehidupan manusia, masyarakat Jawa sangat menghargai dan menghormati sumber air (sumur dan sungai) dan mata air.

Mata air atau belik yang harus dijaga. | Dokumen pribadi.
Mata air atau belik yang harus dijaga. | Dokumen pribadi.

Menjelang ritual. | Dokumen pribadi.
Menjelang ritual. | Dokumen pribadi.

Ritual Suku Tengger menjaga mata air. | Dokumen pribadi.
Ritual Suku Tengger menjaga mata air. | Dokumen pribadi.

Ritual mohon hujan turun masyarakat Bantur, Kabupaten Malang. | Dokumen pribadi.
Ritual mohon hujan turun masyarakat Bantur, Kabupaten Malang. | Dokumen pribadi.
Pemahaman masyarakat Jawa atas pantheime yang demikian kental maka setiap mempunyai hajatan selalu mengadakan doa di mata air dan sumber air sekitar tempat tinggal mereka.

Ritual semacam ini diadakan oleh keluarga maupun masyarakat padukuhan dan desa.
Penghormatan atas sumber air dan mata air merupakan cara tradisional masyarakat Jawa menjaga ekologi di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun