Di sinilah pentingnya setiap orang harus bisa hemat air mengingat masih banyak masyarakat yang belum terakses kebutuhan air bersih.
Sedikit menengok ke masa lalu, di mana menggali sumur tidak memungkinkan karena kondisi tanah masyarakat harus menuruni lembah untuk mengambil air.
Ketika musim kemarau harus turun lebih jauh lagi dengan membawa jun.
Jun bentuknya seperti tempayan atau gentong namun lebih ramping bukan gendut.
Jun ada yang terbuat dari tembikar atau terakota. Ada juga yang terbuat dari buah maja yang dikeringkan.
Mengingat sangat berharganya air bagi kehidupan manusia, masyarakat Jawa sangat menghargai dan menghormati sumber air (sumur dan sungai) dan mata air.
Pemahaman masyarakat Jawa atas pantheime yang demikian kental maka setiap mempunyai hajatan selalu mengadakan doa di mata air dan sumber air sekitar tempat tinggal mereka.
Ritual semacam ini diadakan oleh keluarga maupun masyarakat padukuhan dan desa.
Penghormatan atas sumber air dan mata air merupakan cara tradisional masyarakat Jawa menjaga ekologi di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H