Membaca memang salah satu kegiatan yang paling saya senangi. Ada waktu luang selalu menyempatkan diri membaca buku atau suratkabar cetak. Hampir tidak pernah membaca e-book atau e-paper dengan alasan mudah tergoda membuka media sosial yang isinya lebih banyak gosip dan debat kusir.
Mumpung di  Paviliun Kompas, Yogyakarta ada Bazar Buku terbitan Penerbit Buku Kompas, saya pun menyempatkan diri untuk melihat dan tentu saja membelinya. Jika ada yang cocok sesuai dengan selera yakni tentang sejarah dan sosial budaya.
Begitu memasuki Paviliun Kompas sedikit terkejut dengan suasana yang agak suram dengan gedung kuno peninggalan kolonial. Tambah agak terkejut lagi setelah masuk ke ruang pameran dengan penataan buku-buku yang sangat konvensional. Jauh berbeda dengan pameran dan bazar di Gramedia Malang dan Surabaya.
Jangan menilai buku dari sampulnya. Suasana memang beda tapi buku yang disediakan itu lebih penting.
Setelah berkeliling, ada tiga buah buku yang layak untuk saya beli.Â
Pertama, Burung-burung Manyar sebuah roman karya Romo Y.B Mangunwijaya. Buku ini sebenarnya sudah saya beli pada tahun 83 seharga 3.200 rupiah. Sayang dipinjam seseorang tapi tidak kembali.
Kedua, buku berjudul Takdir karya Peter Carey seorang sejarawan dari Inggris. Buku yang mengisahkan Riwayat Pangeran Diponegoro patut dibaca karena sejarah perjuangannya masih rancu dengan simpang-siur pemberontakannya pada Keraton Yogyakarta. Apalagi saya yang tinggal hanya beberapa ratus meter dari Goa Selarong tempat Pangeran Diponegoro menyusun strategi juga masih tak tahu banyak tentang perjuangan P. Diponegoro.
Buku ketiga buku apa saja yang dijual seharga 5 ribu. Dan yang menarik buku masakan tradisional Nusantara karya Bondan Winarno.