Suatu kehormatan, pada akhir November 2018 saya bersama Mbak Avy, Kompasianer dari Surabaya diundang Kompasiana ikut melihat dan mengulas dampak lingkungan hidup dan kegiatan CSR, PJB UP Paiton. Uniknya tidak ada Admin Kompasiana yang ikut.
Sebuah kegiatan yang awalnya kuanggap biasa saja ternyata melibatkan beberapa ahli dan pejabat, duta besar ditambah lagi acaranya begitu padat.
Mulai dari penjelasan semacam talkshow yang hanya diikuti 8 orang yang diadakan hari pertama hingga jam 9 malam dan dilanjutkan hiburan band hingga jam 11 malam.
Hari kedua, jam 7 pagi sudah harus masuk laut dengan snorkeling di sekitar PLTU Paiton untuk melihat dampak pada biota laut akibat adanya pembangkit listrik.
Sepintas saya melihat sedikitnya kehidupan biota laut dan hangatnya air laut di Pantai Bhinor sekalipun sejauh 300-500m dari PLTU.
Di sinilah saya tidak bisa memberi ulasan obyektif untuk sebuah tulisan karena tidak tahu keadaan pantai sebelum adanya PLTU.
Selanjutnya diajak melihat usaha pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan di desa-desa sekitar Pantai Bhinor untuk meningkatkan taraf kehidupan dan ekonomi serta peningkatan gizi. Salah satunya dengan membangun sebuah greenhouse untuk penanaman sayur hidroponik yang dikelola masyarakat setempat.
Selain itu juga melihat upaya PJB dalam mencegah abrasi Pantai Bhinor dengan menanam 1000 pohon mangrove.
Pada Sabtu-Minggu, 14-15 Oktober 2023 sebagai salah satu peserta untuk Peringatan Hari Pangan Sedunia di Situbondo, saya menyempatkan melihat kembali upaya yang telah dilakukan CSR PJB Paiton.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat cukup berhasil dengan semakin maraknya lapak makanan, minuman, dan penjual souvernir.
Demikian juga penanaman mangrove atau hutan bakau untuk mencegah abrasi.
Yang tidak terlihat lagi adalah greenhouse untuk sayur hidroponik dan sepinya aktifitas nelayan.
Beberapa nelayan mengatakan hasil tangkapan mereka tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Bahkan untuk mendapat 2-4 kg ikan perlu berlayar jauh ke tengah laut di Selat Madura.