Foto di atas adalah bukit Bantengan di kaldera Bromo dan masuk wilayah Lumajang.Â
Dari arah Jemplang, Malang berada di sebelah kanan.
Jemplang dan Bantengan vegetasinya meliputi cemara, pinus, kemlandingan, bunga paitan, kecubung kuning, dahlia liar, ilalang, dan adas.
Fauna yang ada ayam hutan, elang bigo, kutilang, musang, tupai, ular kayu, dan juga burung-burung kecil termasuk yang tidak bisa terbang tinggi dan lebih banyak lari di sela rerumputan dan perdu.
Tahun 2008 penulis sempat melihat rusa kecil dan ajak. Tahun 2013-2021 di hutan bagian atas sempat berkali-kali melihat elang Jawa.
Melihat parahnya kebakaran saat ini tentu ekosistem di tempat ini sangat terganggu.Â
Apalagi keadaan di sini boleh dikatakan menjadi riuh sebab di atas tebing Bantengan merupakan jalan utama menuju Ranu Pani dan Gunung Semeru.
Sejak dua tahun terakhir juga menjadi jalur tengah menuju Senduro, Lumajang.
Di sepanjang jalan menuju Ranu Pani ini dibangun beberapa titik spotfoto bagi wisatawan. Juga tempat anak muda nongkrong atau mereka yang ingin istirahat sebelum menuju Ranu Pani atau Lumajang.Â
Keadaan ini tentu saja mempengaruhi ekosistem di tempat tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis beberapa kali titik kebakaran diawali dari tempat ini. Sekali pun pada akhirnya bisa dikendalikan. Entah siapa pelakunya?
Pada 2023, wilayah Bantengan seperti juga wilayah Watu Kuto, Adasan, dan Watu Gedhe terbakar pada pekan terakhir Agustus 2023.Â
Pada kebakaran kedua karena flare wilayah Bantengan terselamatkan selain karena terpisah dengan jalan aspal selebar 4m termasuk bahu jalan. Juga karena kesigapan para petugas TNBTS, BPBD, masyarakat yang tergabung dengan Manggala Agni, juga para relawan.
Wilayah yang terbakar pertama kini sudah menumbuhkan tunas-tunas baru rerumputan, adas, dan paku-pakuan.Â
Tanaman bunga-bungaan jenis perdu dan pepohonan dengan batang keras tentu memerlukan waktu lebih dari dua bulan.Â
Jika hujan segera turun tentu akan mempercepat rontoknya ranting dan daun kering akibat terbakar sehingga pertumbuhan tunas baru juga segera tumbuh subur.
Keadaan yang sangat memprihatinkan pada terjadi pada fauna. Terbakarnya sarang termasuk telor dan anak-anaknya tentu memerlukan waktu lama untuk pemulihan. Apalagi jika induknya ikut terbakar.
Dampak dari kebakaran ini bukan hanya pada ekosistem jangan pendek tetapi juga pada jangka panjang.Â
Ini terlihat banyaknya sisa-sisa bungkus dan botol makan dan minuman siap saji yang tidak habis terbakar.Â
Sekalipun ada tempat sampah ternyata masih banyak pengunjung yang abai.
Karhutla karena fenomena alam dan kelalaian manusia hampir setiap tahun terjadi termasuk di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Semua ini bisa diatasi jika semua ikut menjaga termasuk tidak masuk ke wilayah larangan.