HAI, majalah remaja pria yang kukenal pertama kali pada tahun 1975.
Sebelumnya bacaan saya majalah anak-anak Si Kuncung dan Penyebar Semangat majalah bahasa Jawa atau pawerti basa Jawa.
HAI saya kenal dari seorang teman putra seorang juragan penggilingan padi di kota kami.
Tahun 80, pertama kali saya beli majalah HAI untuk mengejar bundel sisipan tersendiri yang memuat kisah-kisah spektakuler. Misalnya Perang Iwojima, Tenggelamnya Titanic dan kapal-kapal lainnya, atau kisah hidup para penemu teknologi.
Majalah HAI terakhir yang kubeli edisi kemerdekaan yang terbit minggu ke2 Â Agustus 1989 pas saat satu tahun hari perkawinan kami.Â
Sudah mau jadi bapak kok membaca majalah remaja. Kata istriku.
Apa boleh buat langsung berhenti langganan dan berganti tabloid Nova untuk mencari menu masakan agar istriku belajar masak.
Tumpukan ratusan majalah beberapa saat yang lalu kukirim ke sebuah taman bacaan di Jogja.Â
Hanya satu yang masih kusimpan. Edisi kemerdekaan 1989. Edisi terakhir yang kubeli. Tiga puluh empat tahun yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H