Mata adalah jendela jiwa.
Lewat mata seseorang bisa melihat dunia di luar dirinya.
Lewat matanya pula seseorang bisa dilihat keadaan di dalam dirinya. Suasana hatinya. Kesehatannya. Kewarasannya.Â
Mata merah dengan airmata, sekali pun sedikit, bisa berarti sakit atau sedang sedih.
Tanpa airmata apalagi kerut wajah tanda kecewa, sakit hati, marah, dan dendam. Ditambah lagi dengan kata-kata kasar yang terlontar dari mulut yang tak terkendali. Mungkin karena hati nuraninya sudah tumpul dan buntu.Â
Mengapa demikian? Perlu diperiksa kesehatannya oleh tenaga medis, psikolog, bahkan psikiater.
Tatapan bening dan sayu dengan wajah sumringah tanda gembira dan bahagia. Tak bisa dipungkiri.
Tatapan mata sedikit melotot dengan wajah tegang serta ungkapan mendayu tanda seseorang ketakutan.Â
Takut apa? Bisa jadi takut pada seseorang atau situasi yang sedang dihadapi.Â
Situasi yang mengancam dirinya karena ucapan atau tindakannya yang tak beretika.
Bisa saja mengelak dan bersilat lidah membenarkan diri dan menunjuk orang atau kelompok lain yang menyebabkan dirinya disudutkan.Â
Menunjuk pihak lain dengan emosional semakin menunjukkan ketidakdewasaan.Â
Pembenaran diri hanyalah dalih untuk menutupi kekurangan dan kesalahan yang dilakukan.
Permintaan maaf bukanlah penyesalan selain hanya meredam situasi yang menjepit dirinya karena kesalahan yang tak pernah disesali.
Tatapan mata tidak pernah berdusta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H