Sejak kecil hidup sederhana telah tertanam pada diri saya. Ajaran atau lebih tepat pendidikan ini tertanam baik dari keluarga maupun lingkungan.
"Urip sakmadya wae aja ngaya." Artinya hidup sederhana tak perlu mengejar keinginan. Itulah pesan dari kakek saat kami masih anak-anak.
Hidup sederhana memang relatif bagi setiap orang dan komunitas. Tergantung keadaan sosial ekonominya.Â
Bagi seseorang merasa dirinya sederhana tetapi bagi yang lain tidak demikian.
Beberapa saat yang lalu mendapat undangan sebuah workshop selama lima hari di sebuah hotel di Jogja dengan akomodasi dan transportasi dibayar sepenuhnya oleh panitia.
Sebagai seseorang yang suka touring berniat berangkat dari Malang ke Jogja naik sepeda motor. Demikian juga meminta untuk tidak menginap di hotel bintang dua karena rumah di Bantul tidak terlalu jauh dari hotel. Apalagi jadwal acara tidak terlalu padat.
Maksudnya beaya transportasi dan akomodasi lebih baik diberikan dalam bentuk tunai.Â
Panitia penyelenggara menolak dengan alasan alokasi dana tidak bisa ditukar dan harus sesuai peruntukannya serta dengan nota resmi dari penyedia transportasi dan akomodasi yang telah ditunjuk panitia.
Tarif hotel bintang tiga tidak bisa diganti bintang satu apalagi kelas melati. Akomodasi untuk makan di hotel tidak bisa diganti dengan gofood sekalipun tidak sesuai lidah.
Permintaan saya mungkin terasa aneh dan konyol. Bukan saya mata duitan tetapi tidur dan makan sendirian di hotel kurang begitu menarik. Sekali pun jika rekreasi sekolah ataupun ikut penataran sering menginap di hotel 4-6 malam dalam satu perjalanan atau kegiatan.
Hidup memang tak selalu sesuai kemauan hati dan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H