Pasuruan yang menyebut dirinya sebagai Madinah van Java mempunyai tiga masjid unik.Â
Keunikan ini karena cukup berbeda dengan masjid-masjid lainnya. Terutama dengan masjid yang ada di Jawa Timur.
Masjid Agung Al-Anwar.
Masjid ini menjadi sasaran wisata religi karena di belakang masjid terdapat makam Kyai Abdul Hamid, seorang tokoh penyebar agama Islam di Pasuruan.Â
Di depan masjid ini, tepatnya di Jl. KH. Wahid Hasyim kini dibangun empat buah payung seperti yang ada di Madinah, Arab Saudi. Adanya payung ini semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisata lokal maupun dari daerah lain. Demi keamanan dan kenyamanan para pengunjung, maka Jl. KH. Wahid Hasyim khususnya yang ada di depan Masjid Al-Anwar ditutup secara permanen dari arus lalu lintas.Â
Alun-alun kota Pasuruan yang sebenarnya sudah indah kini direnovasi besar-besaran. Pohon-pohon palem dan cemara ditebang lalu diganti dengan pohon kurma. Pohon kurma ini melengkapi pohon-pohon kelapa sawit yang ada di sudut-sudut alun-alun.
Alun-alun sebagai taman kota yang ramah bagi anak, kini di sudut timur tersedia pula tempat bermain khusus anak-anak usia dini. Demi keamanan anak-anak lantai bermain pun dilapisi rumput sintetis yang empuk.
Masjid Merah.
Masjid ini sebenarnya bernama Masjid Moekhlas Sidik, disebut Masjid Merah karena warna dinding dan atap termasuk kubah didominasi warna merah. Entah apa alasannya lebih banyak dicat warna merah.
Demikian juga rumah makan di sebelah kanan masjid didominasi warna merah.Â
Adanya wahana mainan untuk mengelilingi keindahan alam pegunungan yang indah maka nuansa religi agak tertutup wisata kuliner dan rekreasi.
Masjid Muhammad Cheng Hoo
Masjid Cheng Hoo, orang menyebutnya demikian, lebih dikenal masyarakat Nusantara karena telah berdiri lebih dari enam abad. Keberadaannya di tepi poros jalur Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan sehingga mudah dijangkau. Apalagi sejak tahun 90an, jalur dari arah selatan atau Malang dan Pasuruan tanpa lewat TOL melewati jalan raya depan Masjid Muhammad Cheng Hoo.
Pun demikian dibangunnya pasar oleh-oleh sebagai wisata kuliner semakin menambah kunjungan wisata.
Masyarakat Indonesia yang sangat religius selalu ingin sehat dan sejahtera dalam rohani dan jasmani.
Pembangunan wisata religi dan kuliner secara terpadu berdampak pula peningkatan perekonomian masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H