Menunggu memang sangat membosankan. Termasuk menunggu datangnya makanan yang harus disantap untuk energi tubuh. Tentu ini tidak berlaku bagi yang sedang berpuasa.
Hari kelima dalam bulan Ramadhan, kami tetap ke sawah untuk tabur benih sawi. Berangkat jam 6 pagi dan selesai sekitar jam 11 siang. Rasa lapar mulai datang karena belum sarapan. Maklum kami tidak puasa karena bukan muslim.
Jam 12 siang kiriman makanan belum juga datang sedang mendung mulai gelap dan kadang ada kilat tanpa guntur.
Kuatir petir menyambar gubuk tempat kami istirahat, lalu memutuskan pulang.
Baru sekitar tiga kilometer menyusuri pematang tampak Bulik Sih berjalan pelan datang membawa makanan pesanan kami.
"Walaaah Bulik Sih sudah waktunya pulang kiriman baru datang...," kata istri.
Dengan wajah sedikit ngantuk Bulik Sih berkata agak bingung, "Waduh maaf Bu... selesai subuhan saya ketiduran."
Saya hanya tersenyum mendengar jawaban lugu dan jujur dari seorang buruh tani perempuan yang sudah lansia tetapi tetap semangat menjalankan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H