Tambah lagi diberi makan dari sesajen yang ada. Misalnya beri minum air yang direndami bebungaan sehingga wangi. Air sesajen yang wangi ini bisa membuat mabuk walau tidak sampai sempoyongan toh bisa membuat tidak bisa ngomong benar selain ngelantur dengan liur yang menetes. Itulah yang dialami pemain jathilan saat kesurupan sehingga bisa kalap.
Bisa juga beri sesisir pisang matang yang kuning merona. Jangan sebuah. Kurang! Pisang merupakan buah tradisional yang banyak tumbuh di negeri kita. Pisang dalam budaya Jawa termasuk pala gumantung atau buah yang menggantung. Artinya membuat seseorang tergantung.Â
Tergantung pada siapa? Tergantung pada yang membisiki, memberi sesajen, menyuapi, atau yang membuatnya kehilangan kesadaran.
Kesambet.
Kesambet dalam budaya Jawa berarti ketempelan atau kerasukan lelembut secara tidak sengaja.
Mereka yang mengalami peristiwa kesambet biasanya pemain jathilan atau jaran kepang yang tidak ikut dalam permainan tetapi sangat fokus pada permainan ketika melihat permainan lalu secara tak sadar ikut main. Sekalipun tidak mengenakan baju jathilan.
Bukan hanya pemain yang tidak main yang bisa kesambet penonton pun bisa. Terutama mereka yang terbuai sehingga pikirannya kosong lalu ada bisikan-bisikan maut yang mengajak bermain.Â
Orang atau penonton yang kesambet permainannya kacau tidak rancak sesuai dengan irama yang mengiringi. Asal joged asal gerak. Bahkan gerakan matanya kacau.
Disinilah perlunya kesadaran. Sehingga bisikan-bisikan maut atau santapan maut tidak tertelan mentah-mentah.