Selama jathilan berlangsung pasukan Bregodo Dukuh Krebet berkeliling perdukuhan melalui jalan desa menjemput sesaji, pasukan bregodo dari setiap RT. Serta menjemput gunungan yang terbuat dari buah, sayur, dan padi hasil bumi masyarakat dan menjemput jodhang atau peti kayu yang berisi makanan dan minuman.
Makanan dan minuman dalam jodhang yang digotong kaum pemuda, dibagikan kepada masyarakat yang dijumpai di perempatan atau pertigaan jalan utama desa.
Puncak gunungan berupa buah labu kuning atau waluh menggambarkan asap dan batu yang terlontar dari Gunung Merapi. Sedang lelehan lava digambarkan dengan untaian padi yang dipetik pertama menjelang panen atau saat ritual wiwit.
Untaian padi terbaik ini biasanya dijadikan bibit dan sebagian ditaruh di depan pintu rumah sebagai tanda bahwa keluarga atau rumah tangga tersebut selalu sejahtera.
Dari 5 RT di Dukuh Krebet yang membawa sesaji untuk disantap bersama selain diwakili oleh kaum pria ada juga yang diwakili dari kelompok lansia, PKK, kelompok pengajian, kaum muda, dan anak-anak.
Masing-masing kelompok berjumlah sekitar 15-25 orang yang membawa dua keranjang yang terbuat dari janur atau daun muda kelapa yang disebut panjang ilang.
Keranjang panjang ilang berisi kue atau makanan ringan, minuman, dan buah-buahan khususnya pisang dan rambutan yang banyak ditanam masyarakat sekitar Yogyakarta. Keranjang ilang kedua berisi nasi tumpeng kecil.
Setelah acara seremonial dan doa bersama selesai, Gunungan dibawa dari depan pendapa menuju jalan raya desa untuk diperebutkan masyarakat yang hadir. Semua berlomba tanpa saling sikut untuk mendapatkannya.