Suatu sore di salah satu sudut homestay Omah Kebon yang ada di pinggiran Yogyakarta beberapa orang berkumpul dan berbincang santai. Separuh dari mereka kaum muda yang sedang menempuh pendidikan strata 2 di sebuah perguruan tinggi. Sebagian lagi enterpreneur muda yang sedang mengembangkan usahanya. Sebagian lagi kaum bapak dan ibu paruh baya.
Mereka berkumpul bukan sekedar basa-basi tetapi juga berbagi pengalaman hidup dengan segala tantangan.Â
Tidak ada nada keluh kesah dan pesimis walau yang dihadapi penuh tantangan. Â
Kurang lebih tiga puluh menit berbagi kisah kemudian dilanjutkan duduk bersila dengan gaya lotus.Â
Sungguh tak disangka 90% di antara mereka telah mampu bersila dengan gaya lotus sempurna layak Ken Dedes dan Buddha.
Ada yang mengawali dengan gerakan tangan yang lemah lembut dengan tarikan dan hembusan nafas pelan dan dirasakan sepenuhnya.
Ini adalah sesi pertama melakukan relaksasi sebelum meditasi sepenuhnya.
Setelah 20 menit kemudian istirahat dan kembali berbincang santai selama sekitar 30 menit. Bagi yang muslim digunakan untuk sholat maghrib.
Sesi kedua sekitar 30 menit tanpa gerakan relaksasi. Semua duduk bersila bergaya lotus sempurna. Mata terpejam dengan nafas lembut dirasakan dan disadari sepenuhnya. Punggung tegak tegap. Pikiran masing-masing terpusat pada satu titik yang mereka rasakan. Bukan mengosongkan pikiran.Â
Dengan bimbingan seorang praktisi yoga untuk mengolah batin dengan kata-kata lembut para peserta dibawa menikmati seluruh yang dirasakan.
Setelah 30 menit kembali istirahat dengan berbincang santai.
Sesi terakhir selama 30-40 tidak jauh berbeda dengan sesi kedua. Tetapi tempat sedikit bergeser di luar ruangan yang berada di atas telaga kecil pinggir sawah.Â
Kali ini semua duduk melingkar saling berhadapan.Â
Dalam keheningan senja yang mulai bergerak sepi hanya terdengar suara-suara katak, serangga dan burung malam serta desiran lembut yang menggoyang reranting pepohonan. Kadang juga terdengar kecipak air karena lompatan katak yang berkejaran entah kenapa.
Semua diam, mendengar dan menyadari suara alam dan suara batin.Â
0 0 0
Rutinitas pekerjaan sehari-hari sering membuat seseorang jenuh dan tertekan. Di sinilah perlunya menjaga kesehatan mental dengan meditasi dan yoga.Â
Meditasi sebaiknya dilakukan dengan bimbingan praktisi yang mumpuni dan berpengalaman.Â
Di kota besar seperti Malang, Yogyakarta, Surabaya sudah banyak komunitas-komunitas untuk melakukan meditasi secara bersama.
Ada yang dilakukan di hotel, homestay, padepokan, atau pun rumah tempat tinggal.
Ada pula yang diadakan berdasarkan ajaran agama masing-masing di tempat yang hening. Misalnya, bagi penganut Buddhis melakukan vipasanna di sebuah vihara.Â
Bagi penganut Katolik melakukan retret pribadi di rumah khalwat atau di biara pertapaan.Â
Meditasi selain untuk melatih memusatkan pada satu titik yang harus dirasakan juga untuk melatih mental menghadapi semua tantangan.
Adalah kekeliruan besar jika meditasi dianggap sebagai usaha mencari kekuatan besar di luar dirinya.Â
Anggapan seperti ini kadang muncul dari mereka ketika melihat sebuah komunitas pada aliran tertentu yang melakukan meditasi.Â
Sebagai contoh dari kelompok aliran kepercayaan yang banyak di masyarakat kita dianggap mencari ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H