Setelah hampir seminggu cuaca di sekitar Bantul begitu terang dan cerah, tadi malam hujan menderas hingga dini hari. Matahari pun masih enggan menampakkan diri dengan sinarnya yang tertutup mendung.
Cuaca seperti sedikit banyak mengurangi gerahnya para petani yang sedang mengolah sawahnya. Setidaknya dirasakan dan disyukuri oleh Pak Jumadi dan Pak Wandi yang membajak sawahnya.
Hujan semalaman juga menambah genangan air di sawahnya yang membuat tanahnya semakin empuk dan mudah dibajak dengan traktor tangannya.
Empuknya tanah sawah dan genangan air yang cukup melimpah juga menjadi berkah sendiri bagai kawanan burung bangau. Cacing, anak katak, ikan kecil, dan juga serangga yang sebelumnya bersembunyi di bawah sisa pangkal padi dan genjer atau kayu apu kini terpaksa keluar karena tanahnya terbalik oleh traktor.
Cacing, anak katak, ikan kecil, dan serangga menjadi santapan nikmat puluhan bangau yang hadir di sawah tersebut. Mereka berpesta pora bersama burung layang-layang yang juga menikmati serangga-serangga kecil yang melepaskan diri dari rerumputan yang telah terbalik.
Burung-burung layang-layang beterbangan di atas sawah. Kadang menukik tajam ke bawah. Kadang menukik ke kiri atau kanan.
Burung-burung bangau pun kadang terbang di atas sawah. Tetapi lebih banyak berjalan kaki dan berbaris santai di belakang Pak Jumadi dan Pak Wandi. Di belakang merekalah santapan lezat tersaji dari tanah yang terbalik.
Ada juga bangau-bangau yang enggan antri dan lebih banyak mencari di tengah sawah. Jika ada santapan lezat di depannya bangau itu lari atau sedikit terbang dan sekali patuk ikan tersebut menjadi santapannya.
Beberapa bangau nakal ada yang menunggu di depan traktor yang sedang berjalan. Begitu terlihat  ada makanan si bangau langsung terbang rendah di hadapan petani. Kepakan sayapnya kadang juga mengganggu petani.
Seperti yang dialami Pak Jumadi, seekor bangau yang tak tahu diri terbang di hadapannya dan langsung ditangkap kakinya. Cleeep... tertangkaplah si bangau. Si bangau kaget lalu berteriak yang menjadi tanda bahaya bagi bangau lain.
Bangau lain mendengar tanda bahaya langsung terbang ke langit. Mereka takut ditangkap dan dijadikan bangau goreng.
Begitu bangau-bangau tersebut beterbangan, spontan Pak Jumadi tersenyum melihatku yang sejak tadi moto tarian bangau dan nyanyian burung-burung layang-layang.
Ekosistem di persawahan.
Banyaknya burung bangau dan layang-layang di area persawahan menandakan ekosistem yang masih baik dan terjaga. Sedikitnya atau masih terkontrolnya pemakaian pestisida dan herbisida untuk mengurangi hama dan gulma menjamin kehidupan serangga, ikan, dan cacing, serta capung yang menjadi makanan burung-burung yang hidup bebas.
Adanya capung, apalagi beraneka ragam jenisnya, menandakan bahwa air di area sawah tersebut masih cukup bersih dan tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia dari pelbagai pestisida, herbisida, bahkan pupuk.
Capung dan anakannya menjadi santapan burung layang-layang. Ikan, katak, serangga, dan juga kadang cacing menjadi santapan bangau.
Selain tersedianya makanan yang melimpah, kehidupan bangau dan burung layang-layang akan terjamin jika masih adanya pohon-pohon yang tinggi untuk bertengger dan  berkembang biak. Untuk burung layang-layang menjadi tempat menggantungkan diri.
Bangau lebih banyak di daerah pesisir karena sepanjang pantai makanan melimpah sepanjang tahun. Sedang saat sawah sedang ditumbuhi atau ditanami padi bahkan palawija maka jumlah makanan berkurang sehingga bangau pindah ke pesisir yang juga banyak pohon tinggi untuk bersarang.
Salam lestari alam Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H