Pejantan lain inilah yang cemburu lalu melawan pejantan yang memberi makan karena dianggap perebut betinanya. Pejantan yang memberi makan tentu saja tidak terima dan mau saja melayani ajakan bertarung.
Jika pertarungan ini terjadi secara liar dalam arti tidak diadu secara sengaja maka akan berlangsung seru hingga salah satu lari. Bahkan mati. Kok bisa mati?
Ayam jago yang jantan tidak akan menyerah begitu saja. Pertarungan bebas bisa berlangsung 25-35 menit dalam radius sekitar 15 m persegi. Sangat luas.
Sebelum bertarung mereka akan menegakkan bulu di sekitar leher untuk menunjukkan kegarangan mereka. Serangan pertama adalah mematuk jengger atau mahkota ayam jago yang lain. Begitu jengger terpatuk maka ayam jago yang mematuk sedikit terbang sehingga kepala jago yang terpatuk sedikit terangkat. Saat inilah ayam jago yang mematuk menghantam kepala  jago lawannya dengan jalu atau cakarnya bila tidak punya jalu atau taji.
Jengger atau mahkota yang terpatuk dan robek akan mengeluarkan darah dan menutupi matanya. Pandangannya pun menjadi kabur. Untuk membersihkan darah di matanya ayam jago ini akan merangsek ke ketiak lawan. Begitu bersih segera kepalanya sedikit keluar sambil berusaha mematuk leher lawannya.
Jika berhasil dengan tepat, maka nadi lawan bisa putus  mengucurkan darah. Ditambah satu hantaman (Jawa: tablukan) leher lawan bisa patah.
Jika patukan tidak berhasil malah terjadi sebaliknya, lawan bisa mematuk mata yang telah bercucuran darah tadi. Inilah yang menyebabkan pertarungan berjalan lama, sengit, dan sadis.