Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Narima ing Pandum, Mensyukuri yang Dirasakan

7 Desember 2022   11:33 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:39 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Jl. Parangtritis, Bantul | Dokumen pribadi.

Mendung tipis yang menutupi langit bukan menyegarkan tetapi malah membuat gerah. Syukurlah memakai kaos lengan panjang.

Saat pulang membayangkan betapa gerahnya perjalanan pulang sejauh 28 km lagi.

Sepanjang 5 km perjalanan pulang saya berdoa minta belas kasih kemurahan Tuhan agar cuaca yang menjadi cerah berganti mendung yang tebal biar tidak gerah. 

Ketika istirahat di sebuah pos ronda untuk minum ternyata bekal minum telah habis. 

Mau beli ternyata uang yang saya miliki sangat terbatas untuk beli minuman. Saya hanya membawa uang seribu rupiah. 

Sambil melanjutkan perjalanan kembali saya merengek pada Tuhan yang maha murah supaya hujan turun untuk menyegarkan badan yang mulai lelah. Juga menghilangkan rasa haus.

Tuhan maha murah dan maha baik. Dalam waktu tak lebih dari lima belas menit doa dikabulkan. 

Tetiba angin semilir membawa mendung. Lega sekali. 

Sesaat kemudian gerimis deras dan menjadi hujan badai diikuti guntur yang menggelegar. 

Rasa senang berubah menjadi kekuatiran takut diterjang badai, tertimpa pohon, atau disambar petir.

Syukurlah ada sebuah gedung mangkrak di tepi jalan untuk berteduh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun