Candi Badut merupakan candi tertua di Jawa Timur yang menandakan adanya sebuah kerajaan bercirikan Hindu Siwa. Ini berdasarkan prasasti Dinoyo yang bertarikh tahun 760 Masehi yang pada masa itu di daerah tersebut ada Kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya yang terkenal adil dan bijaksana, yakni Gajayana.
Hingga awal tahun 90an, Candi Badut masih berada di pinggiran hutan rakyat yang penuh dengan pohon jambu merah dan menjadi habitat kalong atau kelelawar besar pemakan buah.
Perkembangan kota Malang yang merangsek ke wilayah pinggiran menyebabkan wilayah barat menjadi pemukiman kelas menengah dan atas. Kebun dan hutan rakyat menjadi pemukiman dan mengubah wilayah Candi Badut berada di tengah-tengah perumahan kelas atas yang berbatasan dengan perkampungan penduduk yang dahulu merupakan kebun jambu.
Candi Badut pertama kali dipugar pada tahun 1923-1926 dan terakhir pada 2017, namun belum bisa menggambarkan keadaan sepenuhnya candi yang sebenarnya.
Hal yang cukup memprihatinkan adalah banyaknya batu-batu dinding candi yang dirusak dengan membuat grafiti dengan pahatan oleh tangan-tangan jail. Pahatan ini akan terekam selamanya dan menjadi tanda betapa masih banyak orang yang tidak bisa menghargai karya bangsa yang begitu agung.
Grafiti pahatan ini berdasarkan perhitungan penulis ada pada sekitar 47 batu dinding maupun lantai di semua sisi. Mulai dari tangga, semau sisi ruangan dalam bahkan pada lingga yoni yang suci. Di semua sisi dinding bagian luar pun demikian.
Berdasarkan ingatan penulis yang pertama kali ke Candi Badut pada tahun 1967 hanya melihat kerusakan di dinding luar bagian timur yang dipahat dengan sebuah tulisan aksara Jawa.
Pada tahun 1974, melihat pahatan pada lingga yoni. Melihat ejaan tulisan tersebut, perusakan ini terjadi sebelum 1971 sebab masih menggunakan ejaan yang belum disempurnakan.
Sungguh sangat disayangkan, sebuah cagar budaya peninggalan kebesaran kerajaan masa lalu telah dirusak oleh tangan-tangan jail.
Candi Badut bisa dikatakan satu-satunya candi yang tampak nyata telah dirusak oleh manusia jaman kini. Juga menjadi bukti dan alasan untuk membatasi pengunjung masuk ke bagian candi.
Kalau toh memang tetap diperkenan masuk dengan pembatasan tidak boleh membawa apa pun selain kamera. Semua untuk menjaga kelestarian Candi Badut dan candi-candi lainnya.
Rahayu... rahayu... rahayu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H