Terasa begitu dingin di telapak kaki kala menyusuri pematang sawah di ujung kemarau.
Semburat merah menghampar di ufuk barat kala mentari tenggelam di senja hari.
Sepinya hamparan sawah semakin menambah indahnya tempatku dulu mencangkul sepetak sawah menemani Emak mencari sesuap nasi.
Mentari semakin tenggelam seperti keinginanku mengolah lahan yang segera sirna menjadi pemukiman.
Tak ada lagi tetesan keringat selain air mata menyesali hilangnya indahnya desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!