Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Surau Bambu di Situs Petilasan Ki Ageng Mangir Wanabaya, Bantul

30 September 2022   13:32 Diperbarui: 4 Oktober 2022   03:07 1923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pura atau punden? | Foto: Dokumen pribadi.

Menemukan surau atau orang Jawa jadul menyebutnya langgar yang terbuat dari gedhek atau anyaman bambu dengan tiang kayu di persawahan atau ladang adalah hal biasa. Atau menemukan di jalur pendakian.

Biasanya tiangnya dari bambu dengan atap genteng gerabah, seng, atau asbes gelombang, bahkan jerami atau blarak. Ukurannya pun antara 2 x 3 m saja.

Bentuknya mirip lumbung atau gubuk  penyimpan padi pada masa lalu, di mana lantainya tidak menyentuh tanah.

Dulu gampang menemukan surau atau langgar di perkampungan, pedukuhan, atau pun perdesaan. 

Tanda panggilan sholat sebelum azan biasanya berupa kentongan titir dari bambu atau kayu yang dipukul-pukul. Ada juga berupa bedug kecil.

Kentong titir. | Foto: Dokumen pribadi.
Kentong titir. | Foto: Dokumen pribadi.

Foto: Dokumen pribadi.
Foto: Dokumen pribadi.

Foto: Dokumen pribadi.
Foto: Dokumen pribadi.

Perkembangan jaman surau atau langgar menjadi musholla berdinding tembok, lantai keramik, atapnya pun beranekaragam. Kentongan sudah tidak dipakai lagi. Sedang bedug ada yang masih memakai tetapi ada juga yang  diperkeras dengan sound sistem.

Sekitar seminggu yang lalu, penulis melihat surau bertiang kayu, berdinding gedhek, dan beratap genteng gerabah. Surau ini berada di salah satu halaman rumah penduduk di Desa Mangir, Bantul. 

Setiap senja, surau ini masih digunakan belajar mengaji anak-anak yang tinggal di sekitar padukuhan.

Gerbang masuk situs. | Foto: Dokumen pribadi.
Gerbang masuk situs. | Foto: Dokumen pribadi.

Foto: Dokumen pribadi.
Foto: Dokumen pribadi.

Foto: Dokumen pribadi.
Foto: Dokumen pribadi.

Foto: Dokumen pribadi.
Foto: Dokumen pribadi.

Desa Mangir merupakan desa yang ada sejak pada masa akhir runtuhnya Majapahit atau awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam. 

Berdasarkan Babad Tanah Jawi, penguasa Desa Mangir adalah Ki Agem Mangir yang merasa keturunan langsung dari Kertabhumi atau Brawijaya V. 

Panembahan Senopati yang merupakan pendiri Kerajaan Mataram Islam juga merasa bahwa dirinya adalah keturunan raja terakhir Majapahit, Bhre Kertabhumi.

Di sinilah awal perselisihan antara Mataram dengan Mangir yang saat itu dipimpin oleh Ki Ageng Mangir Wanabaya.

Sekalipun pada akhirnya Ki Ageng Mangir Wanabaya menjadi menantu Panembahan Senopati. Satu hal yang terjadi di luar dugaan, Ki Ageng Mangir Wanabaya mati di tangan Panembahan Senopati.  

Menurut cerita seorang penduduk yang rumahnya sejengkal dari Petilasan Ki Ageng Mangir, surau tersebut dibuat sekitar akhir abad 19. 

Berdasarkan pengamatan penulis, tampaknya yang masih asli hanya tiang surau dan kentong. Gedhek dan atap sudah jelas masih berumur sekian tahun.

Sebenarnya di Desa Mangir yang merupakan wilayah kuno ada beberapa petilasan yang cukup menarik sebagai wisata sejarah. 

Hanya saja sulit menentukan situs mana yang benar-benar asli selain Desa Mangir itu sendiri. 

Pura atau punden? | Foto: Dokumen pribadi.
Pura atau punden? | Foto: Dokumen pribadi.

Lingga yoni. | Foto: Dokumen pribadi.
Lingga yoni. | Foto: Dokumen pribadi.

Ada situs buatan baru semacam candi atau gapura bergaya campuran Bali dan Jawa. Uniknya, ada lingga yoni yang terpasang seperti yang ada di candi Hindu. 

Ada juga sepetak kecil batu menyerupai meja untuk menyajikan sesaji. Batu ini tampaknya situs asli.

Di depan situs inilah terdapat surau yang disebut di atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun