Dewi Gumi bukanlah nama seorang tokoh tetapi lebih berarti pasukan perempuan berpakaian pria yang ikut berperang melawan Belanda dalam Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro pada 1825-1830.
Dewi merajuk dari bahasa Jawa yang artinya perempuan terhormat.
Gumi merupakan singkatan dari Gunung Mijil yang merupakan sebuah bukit kapur kecil setinggi sekitar 98 mdpl di Desa Guwasari, Bantul - Yogyakarta.
Dewi Gumi berarti para perempuan terhormat dari Gunung Mijil karena ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi melawan Belanda.
Para perempuan pejuang ini dalam melakukan aksinya mengenakan pakaian pria dengan bersenjatakan bambu runcing dan bandil. Bandil semacam ketapel tetapi tidak bergagang. Cara penggunaannya dengan memutar-mutar tali lalu dihentakkan sehingga batu yang ditaruh di ujung tali atau karet terlempar ke arah sasaran yang dituju.
Kisah ini seperti yang tertulis pada Babad Diponegoro dan De Java Orloog.
Selain ikut berperang, kaum perempuan ini bertugas juga memasak untuk memasok makanan bagi para pasukan yang berperang. Untuk bahan makanan dipasok dari sawah dan ladang warga Desa Banjaran.Â
Makanan yang telah tersedia ini diangkut kaum pria dengan wadah semacam peti kayu yang disebut: jodhang.Â
Replika jodhang ini sekarang ditempatkan di puncak Gunung Mijil.Â
Para pria yang membawa makanan dalam jodhang ini adalah Pasukan Bregoda.
Warga Desa Banjaran bukan hanya menyediakan bahan makanan tetapi juga ikut berperang. Untuk persiapan perang mereka berlatih dengan cara berbanjar. Dari kata latihan berbanjar atau berbaris inilah, kemudian hari tempat ini disebut Desa Banjaran.Â
Ada juga pasukan perempuan yang bertugas sebagai telik sandi atau pengintai kedatangan pasukan Belanda. Pasukan telik sandi atau mata-mata ini selalu berada di puncak bukit Gunung Mijil dan akan membunyikan kentong titir jika melihat tanda-tanda kedatangan pasukan Belanda.
Replika kentong titir ini sekarang juga ditempatkan bersama dengan jodhang di puncak Gunung Mijil.
Dewi Gumi berada hanya sekitar 1 km arah timur dari Goa Selarong tempat Pangeran Diponegoro menyusun strategi. Sejak 2019, bukit Gunung Mijil telah dibenahi menjadi sebuah situs bersejarah untuk mengenang dan menghormati perjuangan pasukan perempuan berani mati dalam perang Jawa pimpinan Pangeran Diponegoro.Â
Seperti diketahui perjuangan dan perlawanan selama 5 tahun Pangeran Diponegoro dalam mengusir Belanda telah menguras perekonomian Belanda yang menyebabkan kebangkrutan.
Peperangan yang tidak seimbang namun dimenangkan oleh pasukan Pangeran Diponegoro sekalipun membawa 800 pahlawan gugur. Sehingga akhirnya Belanda melakukan taktik licik menangkap P. Diponegoro dengan alasan akan mengadakan perjanjian.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H