Masih teronggok berdiri rumah berdinding bambu yang kubangun di keheningan hutan jati.
Hanya nyanyian tekukur dan kepak daun jati yang menari bersama angin yang menghantar istirahat siang setelah menahan terik mentari di tengah sawah.
Selembar daun jati jatuh membangunkan impianku saat sekedar merebahkan diri mengingat kembali suara derit pintu bambu yang kubuka untuk hatimu.
Kini semua terbuka tanpa pintu dan dinding penyekat karena kita telah jauh berada.
Hanya genteng gerabah yang masih menaungi angan dan entah sampai kapan tetap bertahan.
Setitik bunga merah muda tumbuh merambat dan mekar di pinggir tiang jati yang tak pernah rapuh.
Seperti impian indahku yang tak sirna. Sekali pun daun-daun jati kering berguguran.
Â
Â